Rabu, 30 Juli 2014

Penantian Positif


Saudara-saudaraku seikhwan, penantian kita pada Sang Bijak bukanlah suatu perkara yang tidak mudah. Apalagi jika konsep ini disandingkan dengan sebuah konsep penantian. Kelahiran kembali Sang Bijak adalah sebuah konsep yang tadinya sulit kita yakini dan kita percayai.
Hari kemunculan Sang Bijak merupakan janji yang pasti untuk menunjukkan kepada diri kita bahwa semua yang difirmankan Allah adalah benar, bahwa keadilan Ilahi merupakan hal yang nyata dan dapat dinikmati oleh setiap manusia ketika manusia melaksanakan segala hukum yang telah diturunkan-Nya.
Kita yakin sesungguhnya tidak ada manusia seperti dia yang di dalam ghaibnya, kita umpamakan seperti matahari yang berada di balik awan. Dia tersembunyi di balik awan tetapi dengan sinarnya hari-hari tetap terang sehingga kehidupan di muka bumi berjalan sebagaimana layaknya. Dunia seakan lupa bahwa hukum kausalitas merupakan gerak yang menuju pada kesempurnaan sedang kehidupan materi adalah kehidupan yang tidak pernah akan membawa manusia pada satu titik kesempurnaan apapun. Saat ini manusia tengah diselubungi kegelapan kehidupan materi sehingga tidak dapat melihat cahaya kebenaran. Bukanlah kebenaran yang tidak ada, tetapi materi telah menutupi mata hati kita untuk dapat melihat kebenaran. Tidak heran jika sebagian dari kita hanya menimbang nilai-nilai kebenaran dengan materi karena telah terbelenggu dengan cara berfikir materialisme. Nilai-nilai kebenaran materi telah membenamkan indrawi manusia pada kegelapan khayal yang melupakan akan hakekat mereka.
Jika kita seorang mukmin sejati yang memiliki keyakinan tentang kehadiran Sang Bijak seharusnya kita terus beraktifitas sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan oleh al-Quran dan Hadist dalam proses menyambut kehadiran Sang Bijak. Hendaklah sejak dari sekarang kita mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Persiapan awal untuk proses penyambutan Sang Bijak bias kita lakukan, yaitu mengikrarkan keiman kita kepada Beliau dan mengaplikasikannya dalam segala bentuk aktivitas.
Dan yang baru saja kita saksikan peristiwa terkini di Palestin tidak dapat dilepaskan dari keyakinan adanya keyakinan terhadap Beliau.

Para Penanti

Kepada saudara-saudaraku para penanti yang positif  langkah-langkah penting yang harus kita lakukan adalah mempersiapkan segala-galanya. Apalagi jika yang akan kita sambut adalah seorang yang soleh, maka kitapun dituntut untuk mempersiapakan apa yang diinginkan oleh Sang  Bijak. Oleh karena itu para penanti Kehadiran Sang Bijak harus mempersiapkan segala kemampuan dan kekuatannya sehingga dapat terjadi proses penantian yang positif.
Mari kita kumpulkan segenap kemampuan kita untuk menghadapi kebatilan, menegakkan keadilan dan menyerukan persatuan. Kita harus siap untuk syahid, kapanpun dan dimanapun. Sebab syahadah adalah sebuah tradisi seorang penanti sejati untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Seorang penanti harus aktif melawan kebobrokan moral di masyarakat sekalipun dengan berbekal sebatang panah Sebagai mana disabdakan oleh Imam Ja’far as-Shadiq as: ”Persiapkan diri kalian untuk kemunculan al-Qaim walaupun hanya dengan sebatang panah. Sesungguhnya ketika Allah mengetahui niat hamba-Nya tersebut maka akan Allah akan memanjangkan umurnya sehingga ia bertemu dengan al-Qaim, menjadi pendukung dan pembantunya”. (Biharul Anwar 52 hts 366).

Maka pada dasarnya penantian adalah proses manusia untuk menuju Tuhannya, penantian adalah harapan dan penantian adalah membangun kesadaran dan puncak penantian syahadah. Ketika Allah berfirman:

Dan katakanlah : "Beramallah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat amal-amal kamu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu amalkan” (QS At-Taubah, 9 : 105).

Sebenarnya ayat di atas menjelaskan pada kita akan masa depan kita sebagai manusia. Masa depan begitu cemerlang jika kita berpegang teguh pada penantian yang positif. Mengapa tidak? Karena toh saat kita menanti kehadiran kembali Sang Bijak, zaman itu pun tergolong ibadah.