Saudara-saudaraku seikhwan,
penantian kita pada Sang Bijak bukanlah suatu perkara yang tidak mudah. Apalagi
jika konsep ini disandingkan dengan sebuah konsep penantian. Kelahiran kembali
Sang Bijak adalah sebuah konsep yang tadinya sulit kita yakini dan kita percayai.
Hari kemunculan Sang Bijak
merupakan janji yang pasti untuk menunjukkan kepada diri kita bahwa semua yang
difirmankan Allah adalah benar, bahwa keadilan Ilahi merupakan hal yang nyata
dan dapat dinikmati oleh setiap manusia ketika manusia melaksanakan segala
hukum yang telah diturunkan-Nya.
Kita yakin sesungguhnya tidak ada
manusia seperti dia yang di dalam ghaibnya, kita umpamakan seperti matahari
yang berada di balik awan. Dia tersembunyi di balik awan tetapi dengan sinarnya
hari-hari tetap terang sehingga kehidupan di muka bumi berjalan sebagaimana
layaknya. Dunia seakan lupa bahwa hukum kausalitas merupakan gerak yang menuju
pada kesempurnaan sedang kehidupan materi adalah kehidupan yang tidak pernah
akan membawa manusia pada satu titik kesempurnaan apapun. Saat ini manusia
tengah diselubungi kegelapan kehidupan materi sehingga tidak dapat melihat
cahaya kebenaran. Bukanlah kebenaran yang tidak ada, tetapi materi telah
menutupi mata hati kita untuk dapat melihat kebenaran. Tidak heran jika
sebagian dari kita hanya menimbang nilai-nilai kebenaran dengan materi karena
telah terbelenggu dengan cara berfikir materialisme. Nilai-nilai kebenaran
materi telah membenamkan indrawi manusia pada kegelapan khayal yang melupakan
akan hakekat mereka.
Jika kita seorang mukmin sejati
yang memiliki keyakinan tentang kehadiran Sang Bijak seharusnya kita terus
beraktifitas sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan oleh al-Quran dan Hadist
dalam proses menyambut kehadiran Sang Bijak. Hendaklah sejak dari sekarang kita
mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Persiapan awal untuk proses penyambutan Sang
Bijak bias kita lakukan, yaitu mengikrarkan keiman kita kepada Beliau dan
mengaplikasikannya dalam segala bentuk aktivitas.
Dan yang baru saja kita saksikan
peristiwa terkini di Palestin tidak dapat dilepaskan dari keyakinan adanya
keyakinan terhadap Beliau.
Para Penanti
Kepada saudara-saudaraku para penanti yang
positif langkah-langkah
penting yang harus kita lakukan adalah mempersiapkan segala-galanya. Apalagi
jika yang akan kita sambut adalah seorang yang soleh, maka kitapun dituntut
untuk mempersiapakan apa yang diinginkan oleh Sang Bijak. Oleh karena itu para penanti Kehadiran Sang
Bijak harus mempersiapkan segala kemampuan dan kekuatannya sehingga dapat
terjadi proses penantian yang positif.
Mari kita kumpulkan segenap
kemampuan kita untuk menghadapi kebatilan, menegakkan keadilan dan menyerukan
persatuan. Kita harus siap untuk syahid, kapanpun dan dimanapun. Sebab syahadah
adalah sebuah tradisi seorang penanti sejati untuk mempersiapkan masa depan
yang lebih baik. Seorang penanti harus aktif melawan kebobrokan moral di
masyarakat sekalipun dengan berbekal sebatang panah Sebagai mana disabdakan
oleh Imam Ja’far as-Shadiq as: ”Persiapkan diri kalian untuk kemunculan al-Qaim
walaupun hanya dengan sebatang panah. Sesungguhnya ketika Allah mengetahui niat
hamba-Nya tersebut maka akan Allah akan memanjangkan umurnya sehingga ia
bertemu dengan al-Qaim, menjadi pendukung dan pembantunya”. (Biharul Anwar 52
hts 366).
Maka pada dasarnya penantian adalah proses manusia untuk menuju Tuhannya, penantian adalah harapan dan penantian adalah membangun kesadaran dan puncak penantian syahadah. Ketika Allah berfirman:
Dan katakanlah : "Beramallah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat amal-amal kamu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu amalkan” (QS At-Taubah, 9 : 105).
Sebenarnya ayat di atas menjelaskan pada kita akan masa depan kita sebagai manusia. Masa depan begitu cemerlang jika kita berpegang teguh pada penantian yang positif. Mengapa tidak? Karena toh saat kita menanti kehadiran kembali Sang Bijak, zaman itu pun tergolong ibadah.