Senin, 14 Februari 2011

HIDDEN STRUCTURE

STRUKTUR YANG TERSEMBUNYI

A.Struktur Tersembunyi

Tulisan ini membahas uraian J. Bronowski (1978) tentang penemuan-penemuan (discovery) yang beliau tulis dalam bukunya the ascent man. Bronowski menguraikan tentang penemuan beberapa hal yang bersifat kimiawi, khususnya tentang persenyawaan yang pada akhirnya banyak menguak tentang rahasia alam yang tadinya tidak terlihat menjadi terlihat. Kilasan cerita penemuan tersebut disebut struktur yang tersembunyi (the hidden structure). Berbagai penemuan tersebut pada akhirnya dapat membuka dan mengubah cakrawala (paradigm) yang tidak dipahami sebelumnya, yaitu:
1. Penemuan Api Sebagai Sumber Kehidupan

Salah satu penemuan yang dapat menguak tabir yang sebelumnya tidak diketahui adalah ditemukannya api. Api ternyata dapat menguak apa saja yang selama ini tidak tampak menjadi tampak (tervisualisasikan secara fisik). Sebagai contoh adalah ketika ditemukannya sinabar yang dapat berubah warna; ditemukanya tembaga dan perunggu, ditandai dengan dibuatnya pedang (jepang) yang disebut samurai .
Teknologi api ternyata dapat menggangkat derajat kehidupan manusia. Manusia purba hidup secara primitif dan belum mengenal api. Beberapa peneliti menuturkan bahwa manusia purba menemukan api secara tidak sengaja ketika petir menyambar pohon–pohon di lingkungan koloni. Sejak api ditemukan, peradaban manusia melangkah lebih maju dan ditemukanlah sistem memasak, berburu modern, dan penerangan.
Pada zaman peking (manusia Peking), api ditemukan di daerah Burma Selatan (500.000 SM). Api digunakan manusia untuk tujuan pemanasan, mengusir binatang buas, membuka hutan, dan melicinkan kayu. Dalam kehidupan sehari-hari api juga digunakan untuk memasak, mengeringkan dan mengeraskan kayu, memanaskan dan membelah batu.
Selain itu pada zaman Neolitik (di Eropa) manusia sudah membuat api. Penemuan api membuat kehidupan manusia semakin meningkat. Manusia dapat menggunakan api untuk melebur logam menjadi: pisa, parang, kristal, perak dan emas. Api juga dapat digunakan untuk melebur tembaga yang dilakukan di Cina pada dinasti Sang (1500 SM).
Pembuatan api dapat dilakukan dengan cara memasukkan udara ke dalam lubang bambu kemudian digosokkan, maka jadilah api. Cara lain adalah dengan kayu yang keras kemudian digesekkan berulang kali sehingga mengeluarkan cahaya api. Cara ini ditemukan oleh John Wolker (1827) di Eropa.
Di samping bermakna secara harfiah seperti diutarakan di atas, api juga mengandung makna dalam konteks agama dan filsafat. Api dalam agama dipakai pada ritual agama dengan berbagai pemujaan kepada Tuhan dalam bentuk mitos. Api juga dipakai sebagai pembawa berita antara manusia dan Tuhan. Dalam konteks personifikasi dan penjelmaan api dilakukan oleh orang-orang Roma kuno seperti orang Brahma Grika.
Seorang filsuf Yunani, Aristoteles menemukan api yang memiliki hubungan signifikan dengan mistik-mistik keagamaan. Aristoteles memberi contoh api berhubungan dengan air, bumi dan udara. Keempat elemen dasar kehidupan manusia inilah dikembangkan dan dapat menciptakan berbagai jenis barang. Filsuf Plato menyatakan bahwa Tuhan dapat menggunakan keempat elemen tersebut untuk menciptakan dunia ini, sedangkan Heraclitus menghubungkan api sebagai elemen dasar yang mendorong terciptanya suatu kreasi baru.
Api dalam perkembangan kebudayaan dikenal sebagai subdasar kebudayan. Dengan api manusia dapat menciptakan korek, listrik, sehingga membentuk kebudayaan modern seperti: api dipakai untuk memasak nasi, membersihkan tanah, memanaskan besi sehingga dapat dibuat cangkul dan kapal. Kemudian api juga dapat membuat tembaga yaitu pada kira-kra 300 SM, besi dapat diciptakan pada 1000 SM. Lebih lanjut dalam sejarah teknologi modern dan ilmu pengetahuan api dapat menghasilkan energi .
Contoh lain dari penemuan api yang dapat menguak rahasia alam adalah penemuan timah. Timah dapat ditemukan secara bebas di alam. Timah pada awalnya ditemukan pada tahun 8000 SM. sebagai pengganti batu pada zaman Neolitik. Orang-orang Mesir menggunakan tembaga pada tahun 4000 SM. untuk mengubah logam dari batu bara menjadi api, dan kemudian menjadi perunggu pada tahun 3500 SM. Orang-orang Roma membawa tembaga ini dari Cyprus yang dikenal dengan cyprium (logam Cyprus) yang sekarang ini dikenal sebagai cuprum copper. Api juga menguak temuan-temuan lain seperti besi.
2. Penemuan Besi
Api juga menguak temuan-temuan lain seperti besi. Besi berasal dari meteor yang ditemukan sebelum 300 SM, sedangkan logam berasal dari batu bara yang ditemukan pada tahun 200 SM. Dari penemuan ini orang mulai memproduksi timah dari Antolia dan Persia.
Besi ditemukan oleh Mossbauer yang mengatakan bahwa kira-kira 1/3 elemen yang ada di dunia ini menggandung besi. Besi yang asli itu berwarna perak. Secara normal besi dapat membentuk hidrad oksida. Struktur besi dapat mencapai 776oC. Untuk mengubah besi menjadi Kristal dibutuhkan panas sebesar 906oC yang disebut struktur kubik. Terdapat ratusan bahan mineral yang mengandung besi. Kira-kira 5 % bebatuan mengandung besi. Besi dapat menjadi air raksa, karbon dioksida, trioksida tetrasida, dan atom.
Pada tahun 1750 sejarah penjajahan Amerika Serikat dikembangkan oleh adanya perdagangan, kegiatan dagang Inggris dan pelayaran Inggris. Pada saat ini mereka berkompetisi membangun industri kecil menggembangkan besi untuk menghasilkan logam. Contohnya, membuat alat-alat rumah tangga yang terbuat dari baja, gergaji, alat-alat putar, yaitu barang-barang besi yang dipakai untuk kegiatan kehidupan manusia.
Contoh lain pemanfaatan penemuan besi dalam kehidupan adalah penggunaan pedang. Pedang besi mengalami kenaikan penggunaan pada abad 13 SM. Bangsa Hittie, Myceania, Yunani, dan Proto-Celtic Halstatt memiliki kebudayaan yang memiliki kaitan dengan penggunaan awal pedang besi. Besi memiliki kelebihan dalam produksi massal dengan ketersediaan bahan baku yang banyak. Pedang besi pada masa awal tidak bisa dibandingkan dengan pedang baja masa sekarang; lebih lunak dan rapuh, ini bahkan lebih jelek daripada pedang perunggu yang bgus kualitasnya, tetapi dengan produksi yang lebih mudah, ketersediaan bahan baku membuat seluruh pasukan dapat menggunakan senjata logam, walaupun pasukan mesir pada zaman perunggu sudah melengkapi pasukkannya dengan senjata perunggu.
Kemudian para penempa mempelajari bahwa menambahkan sejumlah karbon (dimasukkan pada saat peleburan dalam bentuk bebatuan) ke dalam besi, mereka dapat membuat logam yang lebih baik (sekarang dikenal dengan sebutan "besi baja"). Beberapa metode yang berbeda dalam pembuatan pedang telah ada dalam masa lalu, termasuk, yang paling terkenal, pembentukan pola. Selanjutnya, metode yang berbeda berkembang di seluruh dunia, ketika memasuki zaman klasik antik dan bangsa Parthia dan Sassanid di Iran, pedang besi sudah menjadi umum. Xiphos dari yunani dan Gladius dari Romawi adalah contoh sejenis, memiliki panjang 60-70 cm. Kekaisaran Roma akhir memprkenalkan Spatha yang lebih panjang (istilah untuk pemakainya, spatharius, menjadi pangkat kerajaan di Konstantinopel), dan mulai saat itu, istilah "pedang panjang" dialamatkan pada pedang yang termasuk panjang dalam periode ini.
Pedang baja China muncul pada masa abad ke 3 SM Dinasti Qin. Dao dari china (piyin dāo) adalah pedang bermata satu, kadang-kadang diterjemahkan sebagai sabre atau broadsword, dan Jian (piyin jiān) bermata dua.
Pada zaman pertengahan, pedang spatha menjadi populer selama periode migrasi dan juga di abad pertengahan. Spatha Zaman Vendel didekorasi dengan hiasan Jerman. Zaman Viking terlihat kembali adanya produksi yang lebih terstandarisasi, tapi desain awalnya tetap berdasarkan spatha.
Abad ke 11 dimana pedang Norman mulai dikembangkan Quillons atau Crossguard (pelindung silang). Selama perang salib pada abad ke 12 sampai abad ke 13, pedang berbentuk salib ini menjadi lebih stabil, dengan variasi pada gagangnya saja. Pedang-pedang ini didesain sebagai pedang pemotong, walaupun poin-poin efektif menjadi umum untuk meng-counter peningkatan kualitas zirah. Pedang bermata tunggal menjadi populer di dataran Asia. Dikembangkan dari Dao China, hwandudaedo dari korea telah dikenal pada masa awal zaman Tiga Negara. Pedang Katana Jepang, telah diproduksi dari masa sekitar 900 masehi, juga dikembangkan dari dao.
Pada abad pertengahan sampai masa renaissance pedang menjadi senjata paling personal, paling prestisius, dan paling mematikan untuk pertempuran jarak dekat, tetapi ditolak dalam penggunaannya oleh militer karena pergantian teknologi peperangan dan pertimbangan ketersediaan bahan baku besi. Bagaimanapun, pedang tetap menjadi peran kunci dalam penggunaan besi.

Kajian Islam tentang besi

Besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Al Qur’an. Dalam Surat Al Hadiid, yang berarti "besi", kita diberitahu sebagai berikut: “ … waanzalnalhadida fiihi ba’sun syadiidun wamanafi’u linnasi …” artinya: "…Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia …." (Al Qur’an, 57:25).
Kata "anzalnaa" yang berarti "kami turunkan" khusus digunakan untuk besi dalam ayat ini, dapat diartikan secara kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat bagi manusia. Tapi ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni "secara bendawi diturunkan dari langit", kita akan menyadari bahwa ayat ini memiliki keajaiban ilmiah yang sangat penting.
Ini dikarenakan penemuan astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar.
Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa. Akan tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut "nova" atau "supernova". Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa.
Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan "diturunkan ke bumi", persis seperti dinyatakan dalam ayat Al Quran tersebut. (Yusuf Usman: 1987).
3. Penemuan Tembaga

Hampir 1000 tahun yang lalu, tidak lama setelah permulaan dari berdiamnya komunitas petani, orang-orang di Timur Tengah mulai menggunakan tembaga, walaupun masih dengan proses yang sederhana. Proses itu adalah dengan mengeluarkan bahan-bahan tembaga dari bijih tembaga yang dilakukan di Persia dan Afganistan sekitar 5000 SM. Waktu itu manusia meletakkan batu Malachit hijau ke dalam api untuk pemanasan, dari situ keluarlah bijih besi merah berupa tembaga krena tembaga dapat keluar pada temperatur rendah. Mereka mengenal tembaga dapat keluar sebab kadang-kadang tembaga ditemukan di permukaan tanah, dan dalam bentuk itu tembaga dapat ditempa dan telah dikerjakan selama lebih dari 2000 SM.
Tembaga adalah besi yang lembut sehingga mudah didaur ulang dan dibentuk menjadi ornament dan perhiasan bersama dengan kristal. Selanjutnya sekitar 6000 tahun yang lalu, para pengrajin mengalami kesulitan membuat tembaga dalam bentuk plat (sisi). Penjajakan manusia terhadap pengolahan tembaga terjadi pada masa berikutnya, yaitu dengan berhasilnya pengolahan tembaga sebagai besi yang lembut, sebab kristal-kristal di dalamnya mempunyai bidang yang pararel yang dapat dengan mudah bergeser satu sama lain. Jenis perunggu seperti ini dapat diperkeras dengan penempaan, untuk merusak kristal-kristal yang besar dan membuatnya menjadi keras. Dari sini dapat disimpulkan bahwa jika kita dapat membangun suatu yang halus ke dalam kristal, maka akan menghentikan plat dari melemah dan akan membuat tembaga menjadi keras. Tentu saja hal ini berdasarkan perhitungan kandungan atom-atom tembaga dan kristal-kristal sebagai zat pembentuknya.
Sekitar 50 tahun terakhir manusia dapat memahami (berdasarkan proses penemuan yang panjang) bahwa bagian-bagian khusus dari logam dibawa dari struktur-struktur atom. Para pelebur kuno (sebelum teknologi yang lebih maju ditemukan) sudah melakukan berbagai percobaan terhadap logam; yaitu ketika tembaga ditambahkan pada logam yang lebih lunak, berupa timah, maka kita akan membuat sebuah logam yang lebih keras dan dapat bertahan lebih lama dibandingkan sebelumnya, yang disebut perunggu.
4. Penemuan Perunggu
Perunggu adalah campuran tembaga dengan unsur kimia lain, biasanya dengan timah, walaupun bisa juga dengan unsur-unsur lain seperti fosfor, mangan, alumunium, atau silikon. Perunggu bersifat keras dan digunakan secara luas dalam industri. Perunggu sangat penting pada masa lampau, bahkan pernah suatu masa disebut sebagai Zaman Perunggu.
Contoh penggunaan perunggu sebagai penemuan berharga manusia adalah pembuatan pedang. Manusia telah membuat dan menggunakan senjata berpedang dari mulai zaman perunggu. Pedang yang dikembangkan dari belati ketika pembuatan pedang menjadi mungkin, sekitar 2 milenium sebelum masehi. Pedang berukuran lebih dari 1,5 meter dan sangat tidak biasa dan tidak digunakkan saat masa-masa zaman perunggu karena panjangnya mengurangi keampuhan dari perunggu. Tidak sampai logam yang lebih kuat seperti baja, menjadikkan pedang panjang digunakan dalam pertempuran.
Bagian gagang pedang pada mulanya memungkinkan cngkraman yang kuat, dan mencegah kemungkinan tangan terpeleset ketika melakukan tusukan kearah target. Pedang zaman perunggu pertama kali mucul dengan bentuk seperti daun di sekitar laut tengah dan laut hitam, dan di Mesoppotamia. Pedang dari zaman perunggu Nordic sekitar 1400 SM menunjukkan karakteristik pola spiral. Produksi pedang di China dimulai dari zaman Dinasti Shang.
5. Penemuan Emas
Selain penemuan besi, tembaga dan perunggu, api juga menguak penemuan emas. Emas ditemukan oleh bangsa Mesir dan Mesopotamia (4000 SM) di Jazirah Bolgaria, dekat Laut Hitam dan berdekatan dengan kota Verna di Bolgaria.
Emas mempunyai sejarah yang panjang dan kompleks. Sejak penemuan pertama emas, ia menjadi satu simbol kemewahan dan jaminan kekuasaan. Penggalian arkeologi menandai awal pengunaan emas. Perabot rumah tangga mesir tertua ditemui di dalam makam Permaisuri Pu-Abi dari Ur di Sumeria dan contoh tertua perabot ditemui pada millenium ke-3 sebelum Masehi.
Kerajaan Persia (sekarang Iran), banyak menggunakan hasil seni berbahan emas sebagai bagian dari ritual agama Zoroaster. Karya seni bangsa Persia waktu itu biasanya berbentuk hewan yang dilapisi emas. Kebiasaan bangsa Persia ini kemudian diubah seiring penaklukan Arab pada abad ke-7 Masehi.
Pada tahun 3000 SM gelang-gelang emas mulai dipakai sebagai alat pembayar (dalam transaksi jual beli) yang berlangsung sampai pada jaman Isa. Mulai saat itu bangsa Mesir mulai menjadi pusat produksi emas. Emas juga ditemukan di India, Gaul, dan di Semenanjung Siberia. Pada saat itu umumnya logam dipakai sebagai alat dekorasi misalnya, untuk senjata-senjata, perhiasan, lambang-lambang kekaisaran dan lambang-lambang pemujaan.
Pada abad pertengahan ketika uang mulai dibuat dalam bentuk koin dari perak dan emas, sirkulasi koin tersebut terjadi secara simulate. Sirkulasi ini dikembangkan lebih lanjut oleh pemerintah sebagai alat tukar yang standar dengan berdasarkan pada hukum Gresham. Standar emas yang ditemukan di California dan Australia pada tahun 1840 dan standar nilai emas (1850) didasarkan pada rasio perak. Standar ini dikembangkan oleh orang Jerman pada tahun 1871-1873 bagi orang Eropa seperti Perancis, Italia dan Swiss yaitu pada tahun 1873-1874 dan bagi orang Skandinavia seperti Denmark, Norwegia dan Belanda, yaitu pada tahun 1875-1876, dan berlanjut pada dekade jayanya abad emas yang dipakai secara dominan di Asia yaitu seperti Cina. Pada abad ke-20 standar nilai emas digunakan secara internasional.
6. Penemuan Kimia
Kimia dari bahasa Arab كيمياء yang berarti "seni transformasi" adalah ilmu yang mempelajari mengenai komposisi dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-hari. Kimia juga mempelajari pemahaman sifat dan interaksi atom individu dengan tujuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut pada tingkat makroskopik. Menurut kimia modern, sifat fisik materi umumnya ditentukan oleh struktur pada tingkat atom yang pada gilirannya ditentukan oleh gaya antaratom.
Kimia sering disebut sebagai "ilmu pusat" karena menghubungkan berbagai ilmu lain, seperti fisika, ilmu bahan, nanoteknologi, biologi, farmasi, kedokteran, bioinformatika, dan geologi. Koneksi ini timbul melalui berbagai subdisiplin yang memanfaatkan konsep-konsep dari berbagai disiplin ilmu. Sebagai contoh, kimia fisik melibatkan penerapan prinsip-prinsip fisika terhadap materi pada tingkat atom dan molekul.
Kimia berhubungan dengan interaksi materi yang dapat melibatkan dua zat atau antara materi dan energi, terutama dalam hubungannya dengan hukum pertama termodinamika. Kimia tradisional melibatkan interaksi antara zat kimia dalam reaksi kimia, yang mengubah satu atau lebih zat menjadi satu atau lebih zat lain. Kadang reaksi ini digerakkan oleh pertimbangan entalpi, seperti ketika dua zat berentalpi tinggi seperti hidrogen dan oksigen elemental bereaksi membentuk air, zat dengan entalpi lebih rendah. Reaksi kimia dapat difasilitasi dengan suatu katalis, yang umumnya merupakan zat kimia lain yang terlibat dalam media reaksi tapi tidak dikonsumsi (contohnya adalah asam sulfat yang mengkatalisasi elektrolisis air) atau fenomena immaterial (seperti radiasi elektromagnet dalam reaksi fotokimia). Kimia tradisional juga menangani analisis zat kimia, baik di dalam maupun di luar suatu reaksi, seperti dalam spektroskopi.
Semua materi normal terdiri dari atom atau komponen-komponen subatom yang membentuk atom; proton, elektron, dan neutron. Atom dapat dikombinasikan untuk menghasilkan bentuk materi yang lebih kompleks seperti ion, molekul, atau kristal. Struktur dunia yang kita jalani sehari-hari dan sifat materi yang berinteraksi dengan kita ditentukan oleh sifat zat-zat kimia dan interaksi antar mereka. Baja lebih keras dari besi karena atom-atomnya terikat dalam struktur kristal yang lebih kaku. Kayu terbakar atau mengalami oksidasi cepat karena ia dapat bereaksi secara spontan dengan oksigen pada suatu reaksi kimia jika berada di atas suatu suhu tertentu.
Zat cenderung diklasifikasikan berdasarkan energi, fase, atau komposisi kimianya. Materi dapat digolongkan dalam 4 fase, urutan dari yang memiliki energi paling rendah adalah padat, cair, gas, dan plasma. Dari keempat jenis fase ini, fase plasma hanya dapat ditemui di luar angkasa yang berupa bintang, karena kebutuhan energinya yang teramat besar. Zat padat memiliki struktur tetap pada suhu kamar yang dapat melawan gravitasi atau gaya lemah lain yang mencoba merubahnya. Zat cair memiliki ikatan yang terbatas, tanpa struktur, dan akan mengalir bersama gravitasi. Gas tidak memiliki ikatan dan bertindak sebagai partikel bebas. Sementara itu, plasma hanya terdiri dari ion-ion yang bergerak bebas; pasokan energi yang berlebih mencegah ion-ion ini bersatu menjadi partikel unsur. Satu cara untuk membedakan ketiga fase pertama adalah dengan volume dan bentuknya: kasarnya, zat padat memeliki volume dan bentuk yang tetap, zat cair memiliki volume tetap tapi tanpa bentuk yang tetap, sedangkan gas tidak memiliki baik volume ataupun bentuk yang tetap.
Air sebagai unsur kimia
Air yang dipanaskan akan berubah fase menjadi uap air. Air (H2O) berbentuk cairan dalam suhu kamar karena molekul-molekulnya terikat oleh gaya antarmolekul yang disebut ikatan Hidrogen. Di sisi lain, hidrogen sulfida (H2S) berbentuk gas pada suhu kamar dan tekanan standar, karena molekul-molekulnya terikat dengan interaksi dwikutub (dipole) yang lebih lemah. Ikatan hidrogen pada air memiliki cukup energi untuk mempertahankan molekul air untuk tidak terpisah satu sama lain, tapi tidak untuk mengalir, yang menjadikannya berwujud cairan dalam suhu antara 0°C sampai 100 °C pada permukaan laut. Menurunkan suhu atau energi lebih lanjut mengizinkan organisasi bentuk yang lebih erat, menghasilkan suatu zat padat, dan melepaskan energi. Peningkatan energi akan mencairkan es walaupun suhu tidak akan berubah sampai semua es cair. Peningkatan suhu air pada gilirannya akan menyebabkannya mendidih (lihat panas penguapan) sewaktu terdapat cukup energi untuk mengatasi gaya tarik antarmolekul dan selanjutnya memungkinkan molekul untuk bergerak menjauhi satu sama lain.
Ilmuwan yang mempelajari kimia sering disebut kimiawan. Sebagian besar kimiawan melakukan spesialisasi dalam satu atau lebih subdisiplin. Kimia yang diajarkan pada sekolah menengah sering disebut "kimia umum" dan ditujukan sebagai pengantar terhadap banyak konsep-konsep dasar dan untuk memberikan pelajar alat untuk melanjutkan ke subjek lanjutannya. Banyak konsep yang dipresentasikan pada tingkat ini sering dianggap tak lengkap dan tidak akurat secara teknis. Walaupun demikian, hal tersebut merupakan alat yang luar biasa. Kimiawan secara reguler menggunakan alat dan penjelasan yang sederhana dan elegan ini dalam karya mereka, karena terbukti mampu secara akurat membuat model reaktivitas kimia yang sangat bervariasi.
Ilmu kimia secara sejarah merupakan pengembangan baru, tapi ilmu ini berakar pada alkimia yang telah dipraktikkan selama berabad-abad di seluruh dunia, diantaranya tentang atom.
Atom adalah bagian pembahasan ilmu kimia tentang suatu kumpulan materi yang terdiri atas inti yang bermuatan positif, yang biasanya mengandung proton dan neutron, dan beberapa elektron di sekitarnya yang mengimbangi muatan positif inti. Atom juga merupakan satuan terkecil yang dapat diuraikan dari suatu unsur dan masih mempetahankan sifatnya, terbentuk dari inti yang rapat dan bermuatan positif dikelilingi oleh suatu sistem elektron.
Democritus dari Abdera (460 – 370 SM) menamakannya atom, yang berasal dari “a-tomos” yang dalam bahasa Yunani berarti “tidak bisa dipotong”. Atom, menurut Democritus, adalah bagaikan blok-blok kecil yang sangat kecil hingga tak terlihat lagi, yang tidak bisa dibagi lagi dan bersifat abadi. Maka atomisme adalah teori filosofis dan ilmiah bahwa kenyataan dibentuk oleh bagian-bagian elementer yang tak dapat dibagi yang disebut atom.
Democritus beranggapan bahwa ada tak terhingga jenis atom di alam semesta, di mana masing-masing atom mempunyai sifat tersendiri. “Atom kayu”, sebagai contoh, akan berperilaku berbeda dengan “atom air”. Sifat-sifat dari atom ini yang akan terasa oleh indera kita, sebagai warna, berat dan lain-lain. Perkembangan sains telah mengidentifikasi sejumlah jenis atom, misal ferrum (besi) dan aurum (emas) dan kombinasi atom-atom, misal air dari atom hidrogen dan atom oksigen.
Meskipun yang telah dinamakan “atom” ternyata masih dapat dibagi lagi (proton, elektron dan netron) – dan lalu lebih kecil lagi (quark), pemikiran Democritus berpusat bukan pada ‘apakah bagian elementer itu’, melainkan pada ‘apakah ada bagian elementer itu?’. Democritus tidak menggunakan perangkat apa-apa selain pemikirannya, tetapi sains pada abad ke-19 menunjukkan bahwa sejauh ini atomisme dapat dibenarkan. Atomisme adalah filsafat alam yang paling berpengaruh setelah jaman Socrates.
Filsafat alam mengamati banyaknya keadaan yang berlawanan, misal panas dan dingin, basah dan kering. Pada setiap pasangan yang berlawanan ini yang pertama adalah apa yang kedua bukan. Dengan pemikiran ini maka jika terdapat atom, terdapat pula pasangannya, dalam hal ini kekosongan (void). Kekosongan adalah lawan dari atom, atau dapat disebut juga sebagai “anti-atom”.
Kalau tidak terdapat kekosongan, maka seluruh alam akan penuh sesak terisi oleh atom yang berdampingan satu sama lain. Tidak akan ada titik pada permukaan satu atom yang tidak menyentuh permukaan atom lain. Bayangkan konsekuensinya: karena bagian atom – kalau kita ikuti teori (a) pada “Atom Tidak Dapat Dibagi” – tidak dapat bergerak satu sama lain, lalu atom berdesakan satu sama lain maka tidak akan pergerakan relatif suatu atom terhadap yang lain. Atau dapat dibayangkan bahwa atom yang bersebelahan adalah suatu atom sendiri, dan seluruh alam semesta hanyalah sebuah “super-atom”! (aliran ini dikemukakan Melissus) Padahal kita ketahui banyaknya proses dan perubahan yang terjadi dalam alam semesta, baik dari baju yang digantung mengering (pertanda atom air meninggalkan baju) atau pertumbuhan anak menjadi dewasa. Jadi, kalau atom ada, kekosongan itu pasti ada.
Pemikiran ini diawali oleh perintis atomisme bahkan sebelum Democritus, yaitu Leucippus. Leucippus dan Democritus merasakan bahwa eksistensi atom dan kekosongan dapat menjelaskan alam secara rasional. Karena atom adalah abadi dan selalu ada keseimbangan atom-kekosongan, maka kekosongan juga tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dimusnahkan.
Para atomis ini juga beranggapan bahwa pada suatu benda makroskopis (balok kayu, misalnya), kekosongan tidak hanya berada pada batas permukaan benda itu saja, tetapi juga berada di dalam benda. Ini dengan praktis menjelaskan mengapa ada benda yang berat dan ringan – benda dengan kadar atom lebih tinggi dan kekosongan lebih rendah akan menjadi lebih berat. Kita dapat memegang secangkir kopi panas dan merasakan hangat karena ada sedikit atom yang membawa panas yang dapat menembus cangkir dan mengenai tangan kita. Cahaya dapat menembus kaca yang padat, bahkan suara pun dapat menembus tembok. Ini tidak mungkin terjadi kecuali kalau benda itu “berpori” atau memiliki suatu derajat kekosongan.
Atom Tidak Dapat Dibagi
Dari sifat-sifat atom yang dimodelkan, tentunya yang paling penting adalah bahwa atom tidak dapat dibagi. Namun apa sebenarnya yang dimaksud Democritus dengan “tidak dapat dibagi”? Artinya adalah salah satu dari dua interpretasi:
a) tidak mungkin secara fisika untuk membagi suatu atom.
b) tidak mungkin secara logis dan konseptual untuk membagi suatu atom.
Perbedaan dari kedua pandangan ini adalah pada (a), sebuah atom masih mungkin mempunyai bagian yang lebih kecil. Tetapi, bagian itu tidak dapat dipisahkan satu sama lain secara fisis. Secara matematis atom masih dapat dibagi, seperti kata Burnet, “Kita harus mengamati bahwa atom tidak secara matematis tidak dapat dibagi, karena atom mempunyai magnituda; namun atom secara fisika tidak dapat dibagi, karena atom tidak mengandung tempat kosong”. Kenyataan bahwa atom-atom berbeda-beda dalam berat juga memperkuat argumen ini.
Sedangkan pada (b), tidak ada artinya untuk berbicara tentang “bagian” dari suatu atom, karena hal itu tidak ada sama sekali. Kalau seseorang bermaksud membagi atom menjadi bagian-bagiannya, dia akan mendapatkan bahwa ketidakmampuannya adalah bukan teknologis melainkan konseptual. Kata Guthrie, “Democritus berpendapat bahwa atom, bukan hanya sangat kecil tetapi partikel yang terkecil, bukan hanya terlalu kecil untuk dibagi secara fisis tetapi juga tidak bisa dibagi secara logis”.
Penemuan dari Paracelsus dan Dalton (mengguraikan) H20 dengan proses kimiawi yaitu : H2 + O2 = 2H20. Hukum ini mendahului teori Gestalt dalam bidang psikologi yang menyatakan bahwa keseluruhan adalah lebih dari jumlah unsur.
Wilhelm Wundt, mengatakan bahwa dalm bidang kimiawi bisa terjadi penjumlahan unsur-unsur yang jika disenyawakan (secara kimiawi), dapat melahirkan unsur baru, sehingga terjadi suatu keseluruhan (persenyawaan ) yang melebihi dari sekedar penjumlahan dari unsur–unsur yang ada (yang disenyawakan ) tadi. Fenomena dalam bidang kimiawi ini kemudian diikuti oleh temuan Lavoisier, dan menjadi dasar dari teori atom sehingga diketahui bahwa atom bukan suatu abstraksi melainkan dekomposisi atom.
Kimia adalah ilmu alam yang mempelajari senyawa, struktur, dan sifat-sifat zat dan perubahan yang mereka alami. Dasar kimia modern adalah tabel periodik unsur. Pertama kali diperkenalkan oleh ahli kimia Rusia, Dmitry Ivanovich Mendeleyev, unsur-unsur dalam tabel periodik disusun menurut struktur atom mereka. Hidrogen menempati posisi pertama dalam tabel karena hidrogen adalah unsur paling sederhana, yang terdiri dari hanya satu proton dalam nukleus/intinya dan satu elektron yang mengitarinya.
Proton adalah partikel subatomik yang membawa muatan listrik po-sitif dalam nukleus atom. Helium, dengan dua proton, menempati posisi kedua dalam tabel periodik. Karbon mempunyai enam proton dan oksi-gen mempunyai delapan proton. Semua unsur mengandung jumlah pro-ton berbeda-beda.
Partikel lain yang terdapat di dalam inti atom adalah neutron. Tidak seperti proton, neutron tidak membawa muatan listrik: dengan kata lain mereka bermuatan netral, sehingga diberi nama neutron.
Partikel dasar ketiga yang membangun atom adalah elektron, yang bermuatan negatif. Dalam setiap atom, jumlah proton sama dengan jumlah elektron. Namun, tidak seperti proton dan neutron, elektron tidak berlokasi dalam nukleus. Alih-alih, mereka bergerak mengelilingi nukle-us dengan kecepatan tinggi sehingga muatan positif dan negatif atom tetap terpisah.
Perbedaan dalam struktur atom (jumlah proton/elektron) adalah yang membuat unsur-unsur berbeda satu sama lain. Aturan penting dalam kimia (klasik) adalah bahwa unsur-unsur tidak bisa berubah menjadi unsur lain. Mengubah besi (dengan 26 proton) menjadi perak (18 proton) akan mengharuskan penyingkiran delapan proton dari nukleus. Namun proton terikat jadi satu oleh gaya inti/nuklir yang kuat dan jumlah proton dalam nukleus hanya bisa diubah dengan reaksi nuklir. Tetapi reaksi yang terjadi pada kondisi bumi adalah reaksi kimia yang hanya bergantung pada pertukaran elektron dan tidak mempengaruhi nukleus.
Pada Abad Pertengahan muncul “sains” yang disebut alkimia (alchemy)-cikal bakal kimia modern. Ahli alkimia, yang tidak mengetahui tabel periodik atau struktur atom unsur-unsur, mengira bahwa mengu-bah satu unsur menjadi unsur lain bisa saja dilakukan. (Tujuan yang paling disukai, untuk alasan yang jelas, adalah mencoba mengubah besi menjadi emas.) Kita tahu sekarang bahwa yang dilakukan para ahli alki-mia tidak mungkin tercapai di bawah kondisi normal seperti kondisi di bumi: Suhu dan tekanan yang diperlukan agar perubahan seperti itu terja-di terlalu besar untuk dicapai di laboratorium bumi. Namun perubahan itu mungkin jika Anda punya
tempat yang tepat untuk melakukannya. Dan tempat yang tepat, ternyata, di jantung bintang-bintang.
7. Penemuan Oksigen
Oksigen pertama kali ditemukan oleh seorang ahli obat Carl Wilhelm Scheele. Ia menghasilkan gas oksigen dengan mamanaskan raksa oksida dan berbagai nitrat sekitar tahun 1772. Scheele menyebut gas ini 'udara api' karena ia murupakan satu-satunya gas yang diketahui mendukung pembakaran. Ia menuliskan pengamatannya ke dalam sebuah manuskrip yang berjudul Treatise on Air and Fire, yang kemudian ia kirimkan ke penerbitnya pada tahun 1775. Namun, dokumen ini tidak dipublikasikan sampai dengan tahun 1777.
Pada saat yang sama, seorang pastor Britania, Joseph Priestley, melakukan percobaan yang memfokuskan cahaya matahari ke raksa oksida (HgO) dalam tabung gelas pada tanggal 1 Augustus 1774. Percobaan ini menghasilkan gas yang ia namakan 'dephlogisticated air'. Ia mencatat bahwa lilin akan menyala lebih terang di dalam gas tersebut dan seekor tikus akan menjadi lebih aktif dan hidup lebih lama ketika menghirup udara tersebut. Setelah mencoba menghirup gas itu sendiri, ia menulis: "The feeling of it to my lungs was not sensibly different from that of common air, but I fancied that my breast felt peculiarly light and easy for some time afterwards." Priestley mempublikasikan penemuannya pada tahun 1775 dalam sebuah laporan yang berjudul "An Account of Further Discoveries in Air". Laporan ini pula dimasukkan ke dalam jilid kedua bukunya yang berjudul Experiments and Observations on Different Kinds of Air. Oleh karena ia mempublikasikan penemuannya terlebih dahulu, Priestley biasanya diberikan prioritas terlebih dahulu dalam penemuan oksigen.
Seorang kimiawan Perancis, Antoine Laurent Lavoisier kemudian mengklaim bahwa ia telah menemukan zat baru secara independen. Namun, Priestley mengunjungi Lavoisier pada Oktober 1774 dan memberitahukan Lavoisier mengenai eksperimennya serta bagaimana ia menghasilkan gas baru tersebut. Scheele juga mengirimkan sebuah surat kepada Lavoisier pada 30 September 1774 yang menjelaskan penemuannya mengenai zat yang tak diketahui, tetapi Lavoisier tidak pernah mengakui menerima surat tersebut (sebuah kopian surat ini ditemukan dalam barang-barang pribadi Scheele setelah kematiannya).
Kontribusi Lavoisier
Apa yang Lavoisier tidak terbantahkan pernah lakukan (walaupun pada saat itu dipertentangkan) adalah percobaan kuantitatif pertama mengenai oksidasi yang mengantarkannya kepada penjelasan bagaimana proses pembakaran bekerja. Ia menggunakan percobaan ini beserta percobaan yang mirip lainnya untuk meruntuhkan teori flogiston dan membuktikan bahwa zat yang ditemukan oleh Priestley dan Scheele adalah unsur kimia.
Pada satu eksperimen, Lavoisier mengamati bahwa tidak terdapat keseluruhan peningkatan berat ketika timah dan udara dipanaskan di dalam wadah tertutup. Ia mencatat bahwa udara segera masuk ke dalam wadah seketika ia membuka wadah tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian udara yang berada dalam wadah tersebut telah dikonsumsi. Ia juga mencatat bahwa berat timah tersebut juga telah meningkat dan jumlah peningkatan ini adalah sama beratnya dengan udara yang masuk ke dalam wadah tersebut. Percobaan ini beserta percobaan mengenai pembakaran lainnya didokumentasikan ke dalam bukunya Sur la combustion en général yang dipublikasikan pada tahun 1777. Hasil kerjanya membuktikan bahwa udara merupakan campuran dua gas, 'udara vital', yang diperlukan dalam pembakaran dan respirasi, serta azote yang tidak mendukung pembakaran maupun respirasi. Azote kemudian menjadi apa yang dinamakan sebagai nitrogen, walaupun dalam Bahasa Perancis dan beberapa bahasa Eropa lainnya masih menggunakan nama Azote.
Lavoisier menamai ulang 'udara vital' tersebut menjadi oxygène pada tahun 1777. Ia menamainya demikian karena ia percaya bahwa oksigen merupakan komponen dari semua asam. Ini tidaklah benar, namun pada saat para kimiawan menemukan kesalahan ini, nama oxygène telah digunakan secara luas dan sudah terlambat untuk menggantinya. Sebenarnya gas yang lebih tepat untuk disebut sebagai "penghasil asam" adalah hidrogen.
Oxygène kemudian diserap menjadi oxygen dalam bahasa Inggris walaupun terdapat penentangan dari ilmuwan-ilmuwan Inggris dikarenakan bahwa adalah seorang Inggris, Priestley, yang pertama kali mengisolasi serta menuliskan keterangan mengenai gas ini. Penyerapan ini secara sebagian didorong oleh sebuah puisi berjudul "Oxygen" yang memuji gas ini dalam sebuah buku populer The Botanic Garden (1791) oleh Erasmus Darwin, kakek Charles Darwin.
Hipotesis atom awal John Dalton berasumsi bahwa semua unsur berupa monoatomik dan atom-atom dalam suatu senyawa akan memiliki rasio atom paling sederhana terhadap satu sama lainnya. Sebagai contoh, Dalton berasumsi bahwa rumus air adalah HO, sehingga massa atom oksigen adalah 8 kali massa hidrogen (nilai yang sebenarnya adalah 16. Pada tahun 1805, Joseph Louis Gay-Lussac dan Alexander von Humboldt menunjukkan bahwa air terbentuk dari dua volume hidrogen dengan satu volume oksigen; dan pada tahun 1811, berdasarkan apa yang sekarang disebut hukum Avogadro dan asumsi molekul unsur diatomik, Amedeo Avogadro memperkirakan komposisi air dengan benar.
Pada akhir abad ke-19, para ilmuwan menyadari bahwa udara dapat dicairkan dan komponen-komponennya dapat dipisahkan dengan mengkompres dan mendinginkannya. Kimiawan dan fisikawan Swiss, Raoul Pierre Pictet, menguapkan cairan sulfur dioksida untuk mencairkan karbon dioksida, yang mana pada akhirnya diuapkan untuk mendinginkan gas oksigen menjadi cairan. Ia mengirim sebuah telegram pada 22 Desember 1877 kepada Akademi Sains Prancis di Paris dan mengumumkan penemuan oksigen cairnya. Dua hari kemudian, fisikawan Perancis Louis Paul Cailletet mengumumkan metodenya untuk mencairkan oksigen molekuler.[58] Hanya beberapa tetes cairan yang dihasilkan sehingga tidak ada analisis berarti yang dapat dilaksanakan. Oksigen berhasil dicairkan ke dalam keadaan stabil untuk pertama kalinya pada 29 Maret 1877 oleh ilmuwan Polandia dari Universitas Jagiellonian, Zygmunt Wróblewski dan Karol Olszewski.
Pada tahun 1891, kimiawan Skotlandia James Dewar berhasil memproduksi oksigen cair dalam jumlah yang cukup banyak untuk dipelajari. Proses produksi oksigen cair secara komersial dikembangkan secara terpisah pada tahun 1895 oleh insinyur Jerman Carl von Linde dan insinyur Britania William Hampson. Kedua insinyur tersebut menurunkan suhu udara sampai ia mencair dan kemudian mendistilasi udara cair tersebut. Pada tahun 1901, pengelasan oksiasetilena didemonstrasikan untuk pertama kalinya dengan membakar campuran asetilena dan O2 yang dimampatkan. Metode pengelasan dan pemotongan logam ini pada akhirnya digunakan secara meluas.
Pada tahun 1923, ilmuwan Amerika Robert H. Goddard menjadi orang pertama yang mengembangkan mesin roket; mesin ini menggunakan bensin sebagai bahan bakar dan oksigen cair sebagai oksidator. Goddard berhasil menerbangkan roket kecil sejauh 56 m dengan kecepatan 97 km/jam pada 16 Maret 1926 di Auburn, Massachusetts, USA.
Senyawa oksigen
Air (H2O) adalah senyawa oksigen yang paling dikenal.
Keadaan oksidasi okesigen adalah -2 untuk hampir semua senyawa oksigen yang diketahui. Keadaan oksidasi -1 ditemukan pada beberapa senyawa seperti peroksida. Senyawa oksigen dengan keadaan oksidasi lainnya sangat jarang ditemukan, yakni -1/2 (superoksida), -1/3 (ozonida), 0 (asam hipofluorit), +1/2 (dioksigenil), +1 (dioksigen difluorida), dan +2 (oksigen difluorida).
Senyawa oksida dan senyawa anorganik lainnya
Air (H2O) adalah oksida hidrogen dan merupakan senyawa oksigen yang paling dikenal. Atom hidrogen secara kovalen berikatan dengan oksigen. Selain itu, atom hidrogen juga berinteraksi dengan atom oksigen dari molekul air lainnya (sekitar 23,3 kJ•mol−1 per atom hidrogen). Ikatan hidrogen antar molekul air ini menjaga kedua molekul 15% lebih dekat daripada yang diperkirakan apabila hanya memperhitungkan gaya Van der Waals.
Senyawa oksida seperti besi oksida atau karat terbentuk ketika oksigen bereaksi dengan unsur lainnya. Oleh karena elektronegativitasnya, oksigen akan membentuk ikatan kimia dengan hampir semua unsur lainnya pada suhu tinggi dan menghasilkan senyawa oksida. Namun, terdapat pula beberapa unsur yang secara spontan akan membentuk oksida pada suhu dan tekanan standar. Perkaratan besi merupakan salah satu contohnya. Permukaan logam seperti aluminium dan titanium teroksidasi dengan keberadaan udara dan membuat permukaan logam tersebut tertutupi oleh lapisan tipis oksida. Lapisan oksida ini akan mencegah korosi lebih lanjut. Beberapa senyawa oksida logam transisi ditemukan secara alami sebagai senyawa non-stoikiometris. Sebagai contohnya, FeO (wustit) sebenarnya berumus Fe1 − xO, dengan x biasanya sekitar 0,05.
Di atmosfer pula, kita dapat menemukan sejumlah kecil oksida karbon, yaitu karbon dioksida (CO2). Pada kerak bumi pula dapat ditemukan berbagai senyawa oksida, yakni oksida silikon (Silika SO2) yang ditemukan pada granit dan pasir, oksida aluminium (aluminium oksida Al2O3 yang ditemukan pada bauksit dan korundum), dan oksida besi (besi(III) oksida Fe2O3) yang ditemukan pada hematit dan karat logam
Paracelsus mengibaratkan bahwa berbagai temuan manusia melangkah dari kegelepan rahasia alam melalui personal discover menjadi sistem yang terbuka dan baru. Personal scientific discovery adalah apa yang dikatakan Paracelsus: penemuan yang bersumber dari diri pribadi.
Secara garis besar ada dua hal penting dari rangkaian pembahasan tentang persenyawaan. Pertama, mengenai “persenyawaan” dari dua atau lebih unsur (Dalam bidang ilmu kimia). Jika sejumlah unsur disenyawakan maka hasil akhir dari persenyawaan itu berubah (menjadi keseluruhan yang berbeda) dari jumlah unsur-unsur awalnya. Kedua, tentang “temuan baru’’ (sebagai hasil akhir dari persenyawaan tersebut). Ketika tercipta (terwujud), suatu “unsure baru” sebagai akibat proses “sintesa” dari berbagai unsur “lama” (yang sudah diketahui atau dikenal sebelumnya), maka ketika itulah terjadi penciptaan unsur baru (scbopferiscbe synthese). Proses inilah setelah semua menjadi jelas dan pasti, yang dikumpulkan dari data yang pada mulanya tidak kelihatan ada hubungannya, disebut pbilosophy of science yang memperlihatkan cara dan ciri terwujudnya konsep baru. Herschel dan Whewel cenderung menyebut pendekatan ini sebagai history of science. Apapun sebutannya, fenomena ini menjadi pasti (pertinent) dari data yang tadinya tidak ada hubungannya satu sama lain (impertinent).

B. Penemuan Manusia Sebagai Dimensi Kreatif

Kalau filsafat ilmu abad ke-19 difokuskan pada upaya untuk menemukan penjelasan yang radikal tentang apa, bagaimana, dan untuk apa gejala alam itu, maka filsafat abad ke-20 bersumber pada manusia sendiri dan menjadi filsafat ilmu kehidupan. Artinya, ilmu bukan lagi merupakan hasil usaha manusia semata-mata berdasarkan pengalaman (empiri) yang diperolehnya melalui pengamatan inderanya dan penelitian percobaannya serta pembuktiannya, melainkan manusia itu sendiri makhluk yang istimewa dalam telaahannya karena karunia yang istimewa yang dimilikinya, yaitu kemampuan kreatif dalam berimajinasi.
Kemampuan berimajinasi merupakan anugerah alam dan anugerah Tuhan (a gift of nature and a gift of God) yang sekaligus menuntut manusia untuk berkecimpung dengan filsafat ilmu yang mencari kesejahteraan hidup (Semiawan:1999). Oleh karena itu filsafat ilmu abad ke-20 tidak lagi mengutamakan penalaran semata, tetapi bertujuan untuk meningkatkan dan membuka tabir alam yang tersedia dalam mendalami alam melalui suatu dimensi yang disebut dimensi kreatif.
Konsep terbaru dari kreativitas yang menonjol dalam filsafat abad ke-20 didasarkan atas fungsi dasar berpikir, merasa, mengindera, dan intuisi untuk menghasilkan penemuan dan sebagai perwujudan dari aktualisasi empiris (daimon) dan kemungkinan idealnya.
Meskipun daimon manusia tidak dapat diwujudkan sepenuhnya, menghayati dan mengembangkan yang unik yang ada pada diri manusia berarti manusia belajar menghidupi kehidupan, mewujudkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki seperti uraian-uraian penemuan manusia di atas.
Perwujudan hidup semacam ini adalah pernyataan dan kebangkitan insane (action man) yang bermakna dari kualitas kehidupan manusia dalam keseimbangan dengan alam, dan keseimbangan dengan sosialnya, sehingga menjadikan makna baru (kebahagiaan hidup) bagi manusia.

C. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa penemuan-penemuan manusia adalah perwujudan dari tingkah laku kreatif manusia sebagai usahanya mencapai peningkatan hidup.
Tingkah laku kreatif manusia bukanlah suatu yang random, tak bertujuan atau tak terkontrol. Kreativitas, meskipun memperlihatkan unsur divergen dalam perwujudannya, pada hakekatnya merupakan suatu keseimbangan.
Setiap penemuan yang mengandung unsur divergensi menuntut suatu keseimbangan kembali dalam penanjakannya, sebab ia tumbuh dari suatu kebersamaan hidup, sebagaimana telah disimpulkan oleh Maslow dalam berbagai penelitian manusia bahwa manusia kreatif adalah manusia yang terus-menerus melakukan penemuan-penemuan, membutuhkan kontak, intimitas, belongingness, dan kebutuhan untuk selalu mengatasi kesunyiannya (mencapai kebahagiaan hidup).

DAFTAR PUSTAKA
Bronowski,J.1987. The Ascen Man.Boston,USA:Little Brown &Co.
Cony R Semiawan,dkk.2005. Panorama Filsafat Ilmu, landasan Pengembangan Ilmu Seoanjang Zaman.Jakarta:Teraju.
Kuhn,Th.S.1970.The Structure of Scientific Revolution. Chicago: The University of Chichago.
Leahy, Louis.2002.Horizon Manusia. Yogyakarta:Kanisiu.
Osborne,Richard.2008.Filsafat untuk Pemula.Yogyakarta:Kanisius.
Maksum,Ali.2010.Pengantar Filsafat.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media
Muchtar Yusuf Usman, 1987. Risalah Tafsir Al Ikhlas Al Quranul Karim, Banda Aceh.

1 komentar: