Untuk saudaraku tercinta Pak
Hairudin di Jember.
Pak Hairudin, menurut saya anda
adalah yang terkini bertemu dengan Guru kita (KHMH), tapi perjalanan menggapai
ridho Allah bukanlah masalah waktu. Waktu bukan kepunyaan kita. Waktu adalah
milik Allah. Waktu yang kita kenal adalah waktu yang dikenal manusia yang
dibatasi oleh dimensi Lunar dan Solar Sistem. Ruang yang kita tempati adalah
dimensi tatasurya dalam galaksi Bima Sakti.
Bagi yang memiliki pengetahuan tentang fisika terbarukan
mungkin akan sedikit membantu, namun bagi kia
yang belum memiliki
pengetahuan itu, bisa jadi, mungkin sama saja keadaannya. Kita belum memiliki referensi yang cukup untuk menangkap esensi
dimensi, ruang dan waktu, yaitu dimensi yang tengah diajarkan guru kita.
Bagi
kita para murid yang sedang belajar, terasa betapa sulitnya melepaskan diri dari hijab raga kita. Melepaskan semua ego atas harta,
kuasa, dan wanita. Kuasa atas ilmu, kuasa atas
jabatan, kuasa atas segala yang kita punya, dan kemudian mengakui dihadapan
Allah, terserah kepada Allah mau dijadikan apa. Dan saat diri ini, memasuki relung hati yang terdalam, bersama dengan ‘Sang Pembeda’. Diam
di sana, dalam pegakuan, ‘La syarika
lahu wa bidzalika umirtu wa ana minal muslimin’. Ya, hati mengakui,
menyadari, menerima, dalam totalitas, sesungguhnya diri ini adalah orang yang berserah. Sesungguhnya keadaa ini, akan sukarela atau terpaksa diri
ini memang harus
berserah. Semua terjadi atas skenario dan kehendak Allah.