Selasa, 08 Juli 2014

SOLAR & LUNAR SISTEM





Untuk saudaraku tercinta Pak Hairudin di Jember.

Pak Hairudin, menurut saya anda adalah yang terkini bertemu dengan Guru kita (KHMH), tapi perjalanan menggapai ridho Allah bukanlah masalah waktu. Waktu bukan kepunyaan kita. Waktu adalah milik Allah. Waktu yang kita kenal adalah waktu yang dikenal manusia yang dibatasi oleh dimensi Lunar dan Solar Sistem. Ruang yang kita tempati adalah dimensi tatasurya dalam galaksi Bima Sakti.
Bagi yang memiliki pengetahuan tentang fisika terbarukan mungkin akan sedikit membantu, namun bagi kia yang belum  memiliki pengetahuan itu, bisa jadi, mungkin sama saja keadaannya. Kita belum memiliki referensi yang cukup untuk menangkap esensi dimensi, ruang dan waktu, yaitu dimensi yang tengah diajarkan guru kita.
Bagi kita para murid yang sedang belajar, terasa betapa sulitnya melepaskan diri dari hijab raga kita. Melepaskan semua ego atas harta, kuasa, dan wanita. Kuasa atas ilmu, kuasa atas jabatan, kuasa atas segala yang kita punya, dan kemudian mengakui dihadapan Allah, terserah kepada Allah mau dijadikan apa. Dan saat diri ini, memasuki relung hati yang terdalam, bersama dengan ‘Sang Pembeda’. Diam di sana, dalam pegakuan, ‘La syarika lahu wa bidzalika umirtu wa ana minal muslimin’. Ya, hati mengakui, menyadari, menerima, dalam totalitas, sesungguhnya diri ini adalah orang yang berserah. Sesungguhnya keadaa ini, akan sukarela atau terpaksa diri ini memang harus berserah. Semua terjadi atas skenario dan kehendak Allah.

GAMANG

     Hari ini, dua tahun yang lalu saya dan Pak Gun sedang berkontemplasi secara inten di Masjid Almubarok, Jl. Gatot Subroto. Perjalanan ruhani itu adalah kelanjutan perjalanan spiritual di Pantai Marina Ancol.
     Benar kata ulama, Iman seseorang kadang naik kadang Turun layaknya gelombang di tepian pantai. Ketika dua tahun yang lalu kami mengalami kekhusukan yang memuncak menjalankan amanah dari Guru, tapi apa yang yang terjadi kini adalah kebalikannya, kenyataannya sangat bertolak belakang. kami mengalami masa kehampaan karena kami lalai dan lupa. Kelalaian kami adalah kami tidak konsisten dengan keyakinan perjalanan kami sebelumnya. Hal ini sudah diprediksi oleh guru kami.
     Kesibukan yang tak berujung pada dunia dan lalai dalam menjalankan perintah Allah adalah salah satu hal yang mendera kondisi kami saat ini.
     Dengan membuka kembali lembar demi lembar perjalanan kami mudah-mudahan kondisi ini segera berakhir, dan kami dapat segera bangun untuk kembali menggapai ridho Allah. 

YA MUQOLLIBAL QULUUB, TSABIT QULUUBANAA ALA DIINIKA