Jumat, 18 Maret 2011

Anak dan Televisi


PENGARUH TELEVISI PADA ANAK
(Erna's File)

Televisi pada jaman sekarang ini bukan lagi barang mewah seperti 15 tahun atau 20 tahun yang lalu. Dimana pada saat itu satu kampung yang memiliki TV hanya satu orang. Sekarang hampir di setiap rumah televisi pasti menjadi satu perabot yang melengkapi keberadaan rumah tersebut.
Sebagaimana yang kita ketahui acara TV kebanyakan jauh bertentangan dengan agama dan pendidikan. Bahkan acara-acara tersebut akan mengakibatkan banyak pengaruh bagi siapa yang menontonnya. Dan pengaruh yang ditimbulkan oleh televisi pada umumnya lebih banyak pengaruh negatif dibanding positifnya. Barangkali ada satu dua diantara kita yang memilih untuk tidak usah memiliki TV. Keputusan ini tentu saja sangat bagus. Tapi perlu diingat, jangan sampai di rumah kita nggak punya TV, tapi kita biarkan anak-anak melihat TV di tempat tetangga. Tentu saja hal ini semakin fatal, karena orang tua tidak akan bisa cek dan kontroling terhadap apa yang dilihat dan ditonton oleh anak-anaknya.
Satu hal lagi yang harus kita pikirkan ketika kita memilih untuk tidak memiliki TV. Bahwa kita harus menciptakan kegiatan positif sebagai pengganti waktu-waktu yang biasa mereka habiskan di depan TV. Seperti belajar, bermain, berkebun, olah raga dll. Karena kita tidak mungkin mengurung anak-anak kita diruang 4 persegi atau di dalam rumah saja tanpa kegiatan yang bisa membantu perkembangan fisik dan kepribadian anak-anak.
Tidak bisa kita pungkiri, apa yang disuguhkan melalui TV sangat digemari anak-anak. Apalagi acara-acara semacam film kartun akan membuat anak betah berjam-jam di depan TV. Hanya dengan memencet remote yang ada di tangan, mereka bisa mengganti acara demi acara yang mereka sukai. Namun apabila dicermati lebih seksama ternyata acara-acara yang dikemas sebagai acara anak tersebut tidak sepenuhnya sehat untuk disaksikan. Apalagi anak-anak belum memiliki kontrol yang kuat terhadap dirinya. Misalnya saja kita lihat banyak adegan permusuhan dalam film “Tom and Jerry”, “Popeye” dan sebagainya. Permusuhan yang diciptakan seolah tak kunjung henti. Berbagai cara dilakukam oleh tokoh film tersebut untuk mengalahkan, menyakiti dan bahkan usaha membunuh tokoh lain. Sekilas adegan-adegan ini memang dibuat lucu dan membuat anak terpingkal-pingkal. Tapi secara tak sadar, anak-anak telah diajari untuk selalu bermusuhan dan berbuat jahat. Adakalanya diselipkan pula adegan percintaan. Hal ini jelas sangat buruk dan merugikan kita para orang tua. Karena anak-anak akan mengenal tentang hubungan dengan lawan jenis sebelum waktunya. Belum lagi tayangan iklan yang sangat banyak dan memamerkan produk dengan teramat di lebih-lebihkan dari kenyataannya. Hal ini tentu saja akan menimbulkan pola konsumtif pada anak.
Namun begitu bukan berarti kita harus bersikap pesimis dan menyerah begitu saja. Atau bahkan mengambil sikap masa bodoh dengan alasan karena ini memang sudah jamannya. Apalagi setelah kita mengerti banyak sekali pengaruh negatif yang akan terpola pada sikap dan tingkah laku anak-anak kita. Bahkan dengan kebiasaan banyak menonton TV tanpa kontrol, mata anak akan mudah lelah. Kelelahan ini akan mempengaruhi fisik anak secara keseluruhan, sehingga menyebabkan ia malas melakukan banyak hal seperti belajar, bermain dan olah raga.
Beberapa hal di bawah ini Insya Allah bisa kita jadikan tips untuk menghindari banyaknya pengaruh negatif yang bisa ditimbulkan oleh TV.
  1. Memperbaiki pola menonton TV pada orang tua
Sebelum kita koreksi dan perbaiki pola menonton TV pada anak, sebaiknya kita koreksi dulu bagaimana pola kita menonton TV. Karena orang tua adalah figur bagi anak-anak. Apa saja yang dilakukan oleh orang tua akan begitu mudahnya dilakukan anak-anak pula. Kalau orang tua menonton TV kapan saja dan melihat acara apapun tanpa kendali dan tanpa control, tentu anak akan mengira bahwa TV memang suatu yang biasa ada dan sah saja dilihat dan dinikmati kapan saja mereka suka. Kalau orang tua dating darimanapun yang disamperi pertama TV, atau dalam rumah itu pagi, siang, sore, larut malam, dini hari TV terus menerus hidup, maka anak-anak akan meniru pola orang tua menghadapi televisi. Dan mereka akan menganggap TV sebagai suatu pelengkap yang harus ada, dan akan terasa hambar apabila ia tidak ada. Sudah semestinya orang tua berusaha terlebih dahulu untuk mengendalikan diri. Tonton TV seperlunya saja dan lakukan diet menonton TV.
  1. Buat jadwal menonton TV
Buatkan anak-anak jadwal menonton TV. Misalnya Minggu jam 16.00 – 17.00 lihat kartun Dinosaurus, Senin jam 14.00 – 15.00 liaht acara game anak dsb. Dengan begitu anak-anak akan terlatih untuk disiplin serta akan banyak terkurangi waktu mereka di depan TV. Pada awalnya mungkin mereka sangat sulit untuk menepati jadwal yang telah ditentukan, tapi lama kelamaan anak akan terbiasa. Ajaklah anak untuk mendiskusikan berbagai acara anak yang ada di televisi. Berilah penjelasan kepada anak mengapa sebuah acara atau film kartun tidak boleh dilihat. Dan berilah kesempatan anak untuk mengemukakan pendapatnya. Apabila mereka mengajukan usul untuk melihat sebuah acara anak tanyakan alas an mereka memilih acara tersebut. Kalau alas an mereka baik dan tepat tentu sepatutnya kita beri ijin mereka untuk menyaksikan acara tersebut.
  1. Dampingi anak melihat TV
Selama ini kebiasaan kita, kalau anak-anak asyik menonton TV tentu kita bias melakukan banyak kegiatan lain, tanpa terganggu oleh mereka. Tapi jika kita ingin anak-anak tidak terpengaruh oleh hal-hal yang negatif yang ditimbulkan oleh TV, maka sebagai orang tua kita harus mendampingi anak saat melihat TV. Dengan demikian kita akan tahu betul acara apa yang disaksikan oleh anak-anak kita. Kalau ada hal-hal yang tidak baik kita langsung bisa katakana pada mereka. Sehingga tidak terjadi sesuatu yang fatal karena kita terlambat mengetahui bahwa apa yang dikonsumsi oleh anak-anak kita adalah tontonan yang tidak sehat.
  1. Kegiatan pengganti
Saat kita sudah memutuskan untuk merubah pola menonton TV pada keluarga, maka akan lebih baik lagi kalau ornag tua membuat berbagai macam kegiatan pengganti yang disukai anak-anak. Banyak sekali kegiatan yang bisa kita lakukan bersama anak-anak untuk mengurangi kegiatan mereka menonton TV. Beberapa kegiatan di bawah ini mungkin bisa kita jadikan salah satu alternatif sebagai pengganti nonton TV.
a.       Melakukan berbagai macam permainan.
Banyak sekali permainan yang bisa dilakukan anak-anak seperti sepak bola, monopoli atau berbagai macam permainan tradisional seperti jamuran, gatheng, engklek dsb. Supaya lebih asyik ajak anak-anak tetangga/kerabat.
b.       Membuat berbagai macam keterampilan tangan
Pilihlah ragam keterampilan yang mudah dilakukan anak-anak, dan ajaklah mereka membuatnya. Seperti membuat amplop, membuat tas/dompet dari kertas, membuat kartu ucapan selamat
c.       Melukis/menggambar
Ajaklah anak pergi ke kebun atau ke tempat terbuka, ajak mereka melukis atau menggambar apapun yang mereka sukai dan mereka inginkan. Apapun dan seperti apapun hasil gambar berilah penghargaan
d.       Berkebun
Ajaklah anak-anak mengenal dan mencintai tanaman dengan berkebun. Tanamlah biji-biji apapun atau segala macam tanaman hias pada tanah/pot-pot. Dari hari ke hari tanaman itu akan tumbuh dan berkembang. Tanamkan pada anak rasa syukur serta takjub akan ciptaan Allah.



Berdasarkan Nielsen Index, anak-anak umur antara 2 hingga 12 tahun menonton tv rata-rata 25 jam setiap minggunya. Bila anak anda salah satu dari mereka, berarti anak anda akan menghabiskan 15,000 jam menonton tv pada waktu ia lulus SMA-sekitar 4000 jam lebih banyak dari waktu yang dihabiskannya di sekolah.
Dan bila tidak diawasi secara selektif, setidaknya anak anda menyaksikan 18,000 peristiwa pembunuhan, berbagai jenis kejahatan yang tidak terhitung jumlahnya seperti perampokan, pemerkosaan, pemukulan, pelecehan sexual dan lain sebagainya.
Anak anda juga akan menjadi target iklan yang berusaha untuk menjual produknya yang value-nya belum tentu bermutu untuknya. Menonton tv yang berlebihan juga memiliki beberapa dampak negative bagi anak, diantaranya berhubungan dengan kegemukan (karena biasanya anak menonton tv sambil ngemil) dan buruknya prestasi akedemik di sekolah. Selain itu, menonton tv secara berlebihan juga dapat mengurangi interaksi diantara anggota keluarga yang akhirnya mempengaruhi kehidupan keluarga secara keseluruhan.
Meskipun ada beberapa program tv yang memiliki nilai positif, tapi tidak disarankan bagi anak dibawah umur 10 bulan untuk menontonnya karena selain mereka belum mengerti juga di khawatirkan dapat menimbulkan kebingungan yang disebabkan oleh berbagai macam pergerakan dan perubahan warna pada layar tv.
Bagi anak-anak usia balita, batasilah hanya pada satu acara yang tidak ditengahi oleh berbagai macam iklan. Jangan biasakan tv menyala terus setiap waktu tanpa ada jeda, karena anak-anak nanti akan beranggapan bahwa tv adalah suatu kebutuhan yang tidak bisa dilewatkan.
Seleksilah terlebih dahulu acara tv yang akan ditonton oleh anak, karena banyak acara tv yang sesungguhnya tidak bermanfaat dan dapat mempengaruhi perilaku anak. Contohnya film kartun yang sering menampilkan kekerasan -tom&jerry- dampaknya anak akan berfikir hal tersebut adalah biasa dan normal untuk dilakukan.
Dampingi anak dalam menonton tv, berinteraksilah dengan menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan acara tersebut seperti pemainnya, setting, latar belakang dan lain sebagainya sehingga tercipta diskusi yang menarik antara anak dan orang tua.
Daripada hanya menggunakan tv, gunakanlah pula radio, kaset dan buku serta mainan bermutu lainnya untuk menstimulasi imaginasi dan aktivitas anak. Anda juga dapat memutar kaset video yang bermutu seperti klasikal Disney dimana anda memiliki control atas apa saja yang pantas dilihat dan tentu saja commercial free….!
Sebuah penelitian regional yang melibatkan anak-anak Kanada, Australia, Amerika dan Indonesia dalam hal menonton televisi mendapatkan hasil menarik. Mau tahu? Anak Indonesia adalah penonton TV terlama, disusul Amerika, Australia dan paling rendah Kanada.
Hal ini tak lepas dari perubahan gaya hidup masa kini yang dianut sebagain besar orang tua di Indonesia: Sibuk bekerja, pengasuhan anak diserahkan kepada pengasuh serta berbagai faktor lain yang mengiringi.
Menonton televisi tampaknya membawa dampak negatif pada perkembangan anak dibanding dampak positif. Dari televisi anak-anak dapat menyaksikan semua tayangan, bahkan termasuk yang belum layak mereka tonton, mulai kekerasan dan kehidupan seks.
Dr. Endang Darmoutomo, MS, SpGK, dalam seminar yang diselenggarakan 'Dancow Parenting Center' beberapa waktu lalu mengungkapkan kecenderungan menonton tv terlalu lama akan meningkatkan angka obesitas pada anak-anak. Satu jam nonton tv misalnya, akan meningkatkan obesitas sebesar 2%. Pasalnya selama menonton TV, lanjut Dr. Endang, anak lebih banyak ngemil dan tak melakukan aktivitas olah tubuh.
Hal yang sama berlaku bagi anak yang lebih suka bermain games atau komputer dibanding anak yang bermain-main di luar bersama teman-teman. "Saat nonton tv atau main game, terjadi ketidakseimbangan energi yang masuk dan yang digunakan," ujar Dr. Endang. Saat anak nonton tv, kalori yang dibakar hanya 36 kkal/jam, padahal apa yang dia konsumsi jauh melebihi kalori yang digunakan. "Anak perlu aktif untuk bertumbuh," tandas Dr. Endang.
Obesitas tak hanya berdampak buruk bagi kesehatan karena mengundang berbagai penyakit seperti hipertensi, diabetes, gangguan sendi, penyakit jantung koroner hingga stroke saat anak dewasa, namun juga dapat mengganggu psikologis anak. Ingat, obesitas akan terbawa saat anak dewasa jika tak ditangani secara baik. Mungkin ia akan merasa malu, rendah diri, bahkan merasa tak berharga karena memiliki tubuh 'berbeda' dibanding teman-teman di lingkungannya.

Apa lagi dampak negatif menonton televisi pada anak selain obesitas? Ternyata menonton tv terkait erat dengan kecerdasan. Menurut Dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA (K) mengutip hasil penelitian Hancox RJ. Association of Television Viewing During Childhood with Poor Educational Achievement.
Arch Pediatr Adolesc Med 2005, bahwa menonton tv saat masa anak dan remaja berdampak jangka panjang terhadap kegagalan akademis umur 26 tahun.
Sedangkan penelitian lain mengenai pengaruh tv terhadap IQ anak mendapati hasil bahwa anak di bawah 3 tahun yang rajin menonton televisi setiap jamnya ternyata hasil uji membaca turun, uji membaca komprehensif turun, juga memori. Yang positif hanyalah kemampuan mengenal dengan membaca naik. Dari situ disimpulkan bahwa menonton tv pada anak di bawah 3 tahun hanya membawa lebih banyak dampak buruk dibanding efek baiknya.
Anak yang sering menonton tv juga mengalami masalah pada pola tidurnya, seperti terlambat tidur, kurang tidur bahkan tak bisa tidur, cemas tanpa sebab, terbangun malam dan mengantuk pada siang hari.

Dr Hardiono menjelaskan, otak berfungsi merencanakan, mengorganisasi dan mengurutkan perilaku untuk kontrol diri sendiri, konsentrasi atau atensi dan menentukan baik atau tidak. "Pusat di otak yang mengatur hal ini adalah korteks prefrontal yang berkembang selama masa anak dan remaja," papar Dr. Hardiono. Televisi dan game video yang mindless (tak membutuhkan otak untuk berpikir) akan menghambat perkembangan bagian otak ini.
Lebih lanjut Dr. Hardiono memaparkan, hanya dari menonton televisi saja otak kehilangan kesempatan mendapat stimulasi dari kesempatan berpartisipasi aktif dalam hubungan sosial dengan orang lain, bermain kreatif dan memecahkan masalah. Selain itu tv bersifat satu arah, sehingga anak kehilangan kesempatan mengekplorasi dunia tiga dimensi serta kehilangan peluang tahapan perkembangan yang baik.
Nah masih tega membiarkan anak tercinta kita sendirian di depan televisi? Tentu lebih bijak rasanya kalau kita menemaninya sembari memberikan pengertian mengenai acara yang berlangsung. Siapa sih yang ingin anaknya memiliki pengetahuan luas? Tetapi siapa juga yang ingin anaknya terjerembab dalam dunia lain, mimpi layaknya suguhan televisi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar