Benteng
iman dapat dimiliki siswa bila ada usaha orang tua untuk memupuk iman sedalam-dalamnya
melalui pengajian membaca al-qur’an, membaca buku-buku agama dan buku-buku
sastra yang berisi tuntunan keagamaan seperti novel ayat-ayat cinta. Pendidikan
agama di sekolah sangat terbatas karena hanya 2 jam dalam satu minggu yang
tentu saja sangat kurang dibandingkan banyaknya masalah yang harus dibina
kepada siswa baik dalam bidang aqidah,
syariah, dan akhlak.
Akibat dari kurangnya waktu dan tidak
adanya upaya orang tua untuk membekali ajaran agama dengan baik dan cukup, maka
banyak penyimpangan-pemyimpangan yang terjadi baik yang disengaja atau yang
tidak disengaja, baik yang disadari atau yang tidak disadari. Ditambah
lagi pengaruh internet dan televisi yang banyak tidak mendidik, mencekoki
kehidupan moral mereka. Terjadilah krisis moral yang tragis dalam kehidupan
pemuda kita pada saat ini. Misalnya anak tidak patuh lagi kepada orang tua,
siswa tidak patuh lagi dengan gurunya, siswa tidak patuh lagi dengan ajaran
agamanya.
Saat ini dunia pendidikan perlu
mengupayakan sarana peningkatan pendidikan moral agama di sekolah dengan
meningkatkan kegiatan Rohis dan menyiapkan bacaan-bacaan yang bermuatan religi.
Guru juga perlu mengintegralkan mata pelajaran lain ke dalam unsur IMTAQ yang
tentunya akan membangun kesadaran keagamaan siswa secara tidak sengaja. Hal ini
yang belum banyak disadari oleh para pendidik dalam melaksanakan tugas
tupoksinya di dalam kelas yang diasuhnya.
Bila unsur religi sering tersentuh
oleh siswa dan sering dijadikan bahan telaah insyaAllah akhlak keimanan pelajar
kita akan makin jelas, makin baik, dan lebih terarah dalam melaksanakan syariat
agama Islam tanpa dipaksakan oleh orang tua. Bahkan menjadi kepribadian dalam
menjalankan syariat Islam dengan sungguh-sungguh. Namun kenyataannya sangatlah
berbeda, guru-guru belum menyadari kalau pendidikan umum pada dasarnya juga
adalah ajaran agama. Tidak terkotak-kotak, seakan-akan pelajaran agama di luar
pelajaran umum bahkan dianggap musuh bagi perkembangan dunia pendidikan.
Akibat kurangnya pendidikan agama,
maka banyak sekali penyimpangan-penyimpangan kehidupan pelajar remaja saat ini.
Misalnya akhlak seorang anak kepada orang tua sudah sulit didapat yang
benar-benar bertuntunan Islam. Misalnya mencium tangan ketika pulang sekolah
atau kuliah, berbusana muslim, berpacaran ala muslim, dan bergaul dengan orang
lain secara muslim. Bahkan cara
menghargai diri sendiri pun sudah jauh dari ajaran Islam. Misalnya menutup
aurat bagi wanita yang sedang mandi walaupun mandi di kamar mandi sendirian,
bagi muslimah yang taat seharusnya mandi menggunakan kain basahan.
Ada
sebuah kejadian di SMP 37 Jakarta pada
tahun 1995. Suatu hari ada seorang murid yang bernama A yang beragama Katolik
tidak mau keluar dalam pelajaran agama Islam. Guru agama (H. AC), sudah
mempersilakan untuk keluar bagi siswa non muslim. Ia sangat tertarik dengan
ajaran Islam yang ternyata agama yang masuk akal, agama yang baik dan ia
tertarik untuk masuk Islam. Mulai saat itu ia mengucap syahadat. Mulanya
guru agama (H. AC) ragu dan khawatir orang tua anak tersebut tidak terima
dengan peristiwa tersebut. Tetapi setelah murid tersebut mengaku bahwa ayah dan
ibunya sebenarnya beragama Islam bahkan sudah haji. Kalau ia beragama katolik, karena sejak TK dan SD
ia bersekolah di Tarakanita.
Hal
ini merupakan kesalahan orang tua yang menjerumuskan anaknya hanya ingin
anaknya bersekolah di sekolah yang bermutu dan disiplin. Namun, iman anaknya
tergadai. Bila orang tuanya memiliki iman dan pemahaman agama yang mendalam
fenomena di atas tidak akan terjadi dan anak tidak akan menjadi korban
kebodohan orang tua dalam pembinaan iman kepada Tuhan yang diimaninya. Sungguh
menyedihkan, untung anak tersebut cepat mendapat hidayah dan kembali kepada
agama orang tuanya yaitu Islam.
Penyimpangan
di atas tidak hanya karena pengaruh internet, tetapi juga karena pengaruh video
porno yang bebas dijual di pasaran, buku-buku novel yang berisi adegan-adegan
mesum yang tidak layak dibaca oleh anak pelajar dan mahasiswa. Dari itu sangat
perlu siswa SMA diarahkan dalam pembelajaran apreisasi sastra. Untuk membaca
buku-buku novel yang bermutu yang bernilai religi untuk mengimbangi buku-buku
yang merusak keimanan dan moral siswa.
Berdasarkan
permasalahan di atas judul penelitian ini sebagai berikut :
“Aspek Religi dalam Novel Ayat-ayat Cinta karya
Habiburrahman Elshirazi dan Implikasi Pembelajaran Apresiasi sastra di sekolah
Menengah Atas.”
Dari
novel tersebut di atas diharapkan mendapatkan pengalaman dalam unsur religi dan
patutkah novel tersebut dijadikan bahan ajar untuk mata pelajaran apresiasi
sastra di lingkungan pelajar SMA. Tentunya saya ingin mengorek intan berlian
yang terkandung dalam novel Ayat-ayat cinta untuk dijadikan perhiasan yang
cantik dalam hati pelajar-pelajar kita di SMA. Dan akhirnya melahirkan generasi
muslim dan muslimah yang taat kepada Allah, berakhlak mulia, menjalankan syariat
Islam secara kaffah (total) seperti yang dicontohkan oleh tokoh-tokoh yang
terdapat dalam novel tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar