MEMORI
Pada bulan Juli
2011, kami mahasiswa UNJ semester III, mendapat tugas membuat small research.
Judul penelitian saya yang disetujui oleh dosen berjudul : Kohesi Leksikal Teks
Pidato Alm. DR. KH. Zaenudin MZ.
Awalnya
saya kesulitan mencari teks pidato beliau sebagai bahan analisis. Sudah saya
telusuri di internet, tapi tidak juga saya temukan (mungkin karena keterbatasan
saya dalam penguasaan IT). Akhirnya saya menemukan pidato Almarhum dalam bentuk
rekaman (MP3). Supaya saya dapat menganalisis teks pidato Almarhum, maka saya
menyimak rekaman MP3, lalu saya ubah dalam bentuk teks, yang saya
dokumentasikan berikut ini.
Mengapa
tulisan ini saya muat? Tidak lain karena kecintaan saya kepada Almarhum. Sejak
SD (sekitar tahun 80-an), saya telah mengenal Beliau sebagai da’i. Saya masih
ingat, ketika itu beliau sering berceramah di masjid kampong kami (Masjid Jami
Al Ikhsan, Lebak Bulus). Sejak dulu, ceramah beliau memang sangat enak
didengar, dan dinanti-nanti kehadirannya oleh jamaah. Karena letak kampong kami
di Lebak Bulus tidak seberapa jauh dengan tempat tinggal Beliau di Gandaria,
maka setiap masjid kami mengadakan acara, beliau selalu menyempatkan diri untuk
hadir.
Alasan
lain, karena mungkin ada pembaca yang kesulitan menemukan teks pidato Beliau,
sama seperti yang waktu itu saya rasakan dalam mencari bahan, sehingg semoga
tulisan ini bermanfaat untuk dijadikan salah satu sumber kajian.
Akhirnya,
mari kita doakan, agar amal ibadah Beliau diterima oleh Allah SWT, dan sepak
terjang beliau sebagai dai menjadi amal jariah, Amin.
Rekaman Ceramah Alm. DR.KH. Zaenudin MZ.
Judul: REFORMASI
AQIDAH (Bagian 1)
Assalamualaikum
warohmatullahi wabarokatuh. Alhamdulillahilizi zaalana romadona sahro siyami lil
mu’minin. Wasolatu wasalamu ala asropil
mursalin sayyidina muhammadin waala alihi wasohbihi azmain, amma ba’du.
Para
ulama yg saya muliakan, para pejabat baik sipil maupun militer yg saya hormati.
Alhamdulillah malam mini, atas izin
alllah mudah-mudahan yang kita laksanakan ini merpakan bagian dari amal ibadah
kita di bulan suci Ramadan ini.
Hadirin
Reformasi
terbesar, adalah reformasi yang dilakukan oleh baginda, nabi besar Muhammad SAW.
Dua puluh tiga tahun merombak satu bangsa biadab menjadi bangsa beradab, merombak
umat yg terpecah belah menjadi umat yg
bersatu. Merombak masyarakat yg tenggelam dalam kemusyrikan menjadi umat yg bertauhid. Reformasi besar apa yg
dilaksanakan oleh rosul, dan apa hubungannya
dengan kita sekarang. Ini yang ingin sy sampaikan malam ini.
Pertama,
Beliau melaksanakan reformasi akidah. Membebaskan manusia dari
kemusryikan. menyelamatkan manusia dari ketergantungan kepada benda. Tiga
belas tahun beliau berjuang di kota makkah hanya untuk menanamkan
lailahailallah muhammadarasulullah. Dari sana segalanya dimulai. Meletakan
pondasi, saya yakin tdk ada tuhan selain Allah dgn seluruh konsekwensinya. Kalau
saya yakin tiada tuhan selain Allah, maka saya tidak akan menyembah kecuali hnya
kepada Allah. Orang yg benar fondasinya benar sujudnya, jelas! Kalau
saya yakin tiada tuhan selain Allah…..sy tidak akan minta rezeki kecuali hanya
kpd allah. Orang yg benar fondasinya, jauh dari korupsi, jauh dari judi. Kalau
saya yakin tiada Tuhan selain Allah, saya tdk akan menggantungkan hidup kecuali
hanya kepada Alllah. Saya tidak akan melarikan persoalan kecuali hanya kepada Allah.
Saya tidak akan pernah takut kecuali hanya kepada allah, dan saya tidak minta tolong
kecuali hanya kepada Allah. Kalau Saya yakin tidak ada Tuhan selain Alllah,saya
tidak akan menggantungkan hidup kecuali hanya kepada Allah.
Inilah
generator yang membangkitkan seluruh nilai-nilai amalan kita. Kita puasa, kita sujud,
kita jihad itukan karena nilai iman, betul ? Imannya tidak kelihatan, yang
kelihatan gejalanya. Mike ini berbunyi karena ada strum, percaya apa tidak. Kelihatan
strumnya? Kok tahu ada strum dari mana? Dari
bunyi ada suaranya itu. Ada strumnya
itu, makanya bunyi. Lampu menyala kalau ada strum. Kipas angin berputar karena
ada strum, betul? Jadi ..kalau ada strom, bunyi dong. Kalau ada strum lampunya
nyala, dong! Kalau ada strum kipas anginnya muter, dong! Artinya apa? Kalau ada
iman sujud, kalau ada iman, jihad, dong. Nah dang-dong-dang-dong.
Seluruh
amaliah kita hanya refleksi dari nilai-nilai keimanan. Maka dimulai dengan
fondasi, Kalau pondasi kuat apapun yang mau dibangun aman. Kalau pondasi rapuh,
apa yang mau dibangun di atas fondasi yang rapuh. Karena itu dengan tablig
akbar ini pesan pertama saya, mari jaga
nilai-nilai iman kita.
Kita masih bergelut
dengan zaman susah. Judi kembali merebak, narkoba meracuni remaja dan pemuda-pemudi
kita , padahal dua-duanya sumber segala macam kemaksiatan. Judi mendidik orang jadi
malas, padahal sejarah mencatata tdk ada org kayak arena berjudi. Yang
bangkrut, yang kere, yang melarat, banyak. Makanya saya bersyukur di sini nggak
ada yang judi. Nggak ada, mana sya nggak nglihat di sini, entahlah kalau di luar sini.
Judi itu
penyakit, kalahnya bikin penasaran, menangnya
bikin ketagihan. Itulah penyakitnya .
Makanya lebih baik
makan singkong betulan daripada makan roti mimpi. Ayo makan singkong betulan,
makan roti mimpi, lebih baik mana? Lebih baik makan roti betulan, mas. Maksud
saya uang ampat lima ribu rupiah itu daripada belikan togel, daripada dibelikan
pakong, daripada dibelikan macam-macam undian judi, lebih baik dibelikan beras
makan sama-sama.
Hadirin
yang saya hormati.
Karena
iman kita hidup, untuk iman kita berjuang, dalam iman kita ingin kembali menghadap
allah subhanahu wataala. Dahulu pun orang-orang tua kita berjuang memerdekakan
negeri tercinta ini. Apa factor penggerak utamanya? Iman. Imanlah yang
mengajarkan orang-orang tua kita hubbul waton minal iman; cinta tanah air
bagian daripada iman. Itulah, tanah air kita kan bukan Aljazair, tanah air kita
bukan palestina, tanah air kita bukan mesir, tanah air kita Indonesia. Mencintai
indonesia sebagian daripada iman, yang datang menjajah kebetulan kafir, lah
ini. Bertemulah cinta tanah air, dengan semangat jihad yang diajarkan agama. Lalu
bangkitlah para ulama, bangkitlah para kiayi bangkitlah para santri berjuang
memerdekakan Negara tercinta ini.
Saya
tanya lagi, orang-orang tua kita dahulu berjuang melawan penjajah senjatanya
apa?
Bambu runcing. Jenderal
mana mau taruhan bamboo runcing merdeka
melawan tank. Bambu runcing merdeka melawan meriam, bamboo runcing merdeka
melawan tentara-tentara professional, yang terlatih dengan baik? Menurut logika
tidak mungkin, menurut kebiasaan tidak bisa, menurut rasio imposible. And toh
nyatanya kita meredeka. Lalu pendiri Indonesia dengan jujur mencantumkan dalam
mukadimah undang-undang dasar Negara kita kalimat yang berbunyi: dengan berkat
rahmat Allah yang maha kuasa. Ada tidak tuh dalam pembukaan undang-undang dasar?
Ada apa tidak ? pokoknya biar belum pernah baca, adaa! Bilang aja udah, biar
lancer urusan.
Saya
yakin kalimat ini bukan lipstick, no decoration only.
Kalimat ini pengakuan moral, pengakuan batin
pengakuan yang sangat jujur dari para pendiri Indonesia, bahwa Allah
campur tangan dalam proses kemerdekaan. kalau tidak, nggak ada ceritanya bamboo
runcing merdeka melawan tank. Kalau dulu iman untuk merebut kemerdekaan,
sekarang, iman untuk mengisi kemerdekaan, betul?,betul?
Karena
itu jaga nilai-nilai iman, jangan tidur. Kita sudah berhasil melaksanakan pemilu,
SU MPR sudah digelar, pemerintahan baru sudah terbentuk, itu kita pilih bersama, kita dukung bersama. Mendukung itu tidak harus selalu berkata ya, kulonuwon,
sumuhun dawuh, kumaha juragan wae, oke bos. Mendukung tdk harus selalu iya, mendukung juga memberikan saran.
Kritik, perbaikan. Dimana-mana di dunia ini, kekuasaan cenderung mau
menang sendiri, kekuasaan cenderung untuk korup, karena itu kalau kita cinta kepada pemerintah
kita harus mengawasi jalannya
pemerintahan. Kita dukung pemerintah ini.
Pengalaman
ketika orde baru berdiri kita percaya, kita serahkan penuh, lalu kita tidur,
akhirnya kita jadi susah sendiri. Betul! Umat islam tidak boleh jatuh dua kali
di tempat yang sama. Hari ini lewat sini, jatuh, wajar, belum tahu barang kali.
Besok lewat sini lagi,jatuh lagi, goblok
tenan. Masa jatuh dua kali di tempat yang sama itu bagaimana?
Hadirin
yang saya hormati.
Nilai-nilai
iman…intan paling mahal, tidak lain
nilai iman. mutiara paling berharga, begitulah
nilai iman. Imanlah yg menyebabkan kita bergembira menyambut ramadhan,
menyingsingkan lengan baju, menjatuhkan sejadah melakukan pendekatan yang inten
kepada Allah. Kenapa? Kita mengerti nilai Ramadan.
Tempo
hari saya berikan contoh, di tangan kanan saudara ada berlian harganya 50 juta,
di tangan kiri saudara ada rumput seikat. Berlian dan rumput ini taruh di depan kambing, kira-kira mana yang diambil kambing? Rumput. Dasar kambing! Kambing
tidak ngerti nilai berlian. Padahal kalau kambing sedikit mau pakai otak, kalau
berlian yang saya ambil, kata kambing lalu saya bawa ke pasar. Kemudian saya
jual, harganya 30 juta lalu dibelikan rumput, dapat rumput sekabupaten. Tapi
kambing tidak ngerti nilai berlian, yang kambing tau Cuma rumput. Kenapa? Hidup
kambing Cuma melayani perut. Maka kata imam Ali Karomallahu wajhah: orang yang
hidupnya hanya untuk melayani perut, seperti,…..(kambing:audien), saudara yang
ngomong, ya, tanggung jawab, saya kan Cuma mulai, kenapa diterusin.
Hadirin
yang saya hormati.
Jaga
iman baik-baik, wariskan kepada anak-anak kita. Mereka harapan kita semua,
mereka masa depan Indonesia, akan bagaimana republic mindonesia, bahkan akan
bagaimana islam di republic Indonesia, 20/30/ 40 tahun yang kan dating, anak-anak kitalah
jawabannya. Mereka mau jadi apa, persilahkan. Asal iman merupakan landasan
hidupnya. Anak-anak kita boleh jadi jenderal, asal jenderal beriman. Boleh jadi
pejabat, pejabat beriman. Jadi pengusaha, pengusaha beriman. Kalau iman landasannya, aman. Jadi pengusaha, pengusaha
yang jujur. Pengusaha beriman Insya allah timbangannya tidak kurang. Ekonom
lancar, masyarakat tenang. Jadi petani,
petani beriman, insya allah tidak menggarap tanah yang bukan miliknya, jadi
pejabat, pejabat beriman, insyaallah korupsinya sedikit. Jenderal-jendral
beriman, insya allah berjuangnya bersama ulama, bukan nangkepin ulama. Teknokrat, teknokrat beriman. Jadi pengusaha,
pengusaha beriman. Jadi seniman, seniman
beriman. Jadi maling,…..nggak ada, mana ada maling beriman. Kalau iman landasannya, insya allah aman.
Ini
yang pertama, yang kedua,
Baginda
nabi melaksanakan reformasi social, berupa apa? Membebaskan manusia dari ras
diskriminasi. Mengikat manusia dengan tali akidah. Diciptakan kita laki-laki
dan perempuan dari tulang rusuk yang sama. Dijadikan kita bersuku-suku dan
berbangsa-bangsa, bahkan quran memulai dengan kalimat……. Su’uu. Wajaalna lakum suuban wataqobila kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan suku agar kamu mengenal satu dengan lain.
Saya
ingin kembali mengulang himbauan saya: mari kita tingkatkan tri kerukunan. Ada
tiga macam kerukunan. Ada tiga macam kerukunan: pertama rukun antar umat seagama,sesame
muslim harus rukun, ya Pak? Bu.. bu.
Malam
ini, saya tidak merasa sebagai tamu di sini. Saya hanya keluarga di
tengah-tengah keluarganya. Di sepanjang jawakah saya, Ke sumatrakah saya, ke jalimantan
saya, kesulawesi saya, ke Irian jaya saya, kemana saja saya pergi, di mana saja
saya berada, saya merasa keluarga di
tengah keluarga. Sebagai muslim kita terikat akidah, sebagai bangsa kita berkomitmen; satu nusa, satu bangsa, satu
bahasa. Inilah kita.
Hadirin
yang saya hormati.
Rukun antar umat seagama.
Hura-hura
pemilu sudah lewat, ekses-eksesnya harus kita hilangkan. Boleh jadi kemaren
karena berbeda kaus, antara temen nggak pernah teguran. Yang sudah, sudah. Yang
penting sekarang kedepan. Sudah cape kita
rakyat diobok-obok, sudah dating saatnya kita meluruskan shof merapatkan
barisan, menggalang semangat kebersamaan. Rukun antar umat seagama. Begitulah
malam ini, saya hadir di tengah keluarga sendiri. Yang mengikat kita apa,
akidah.
Di
masjid kita dipertemukan. Inilah symbol kehidupan umat. Tadi kita solat isya
dan taraweh di sini, menghadap ke arah yang sama. Menyembah Allah tuhan yang
sama. Melakukan gerak yang sama. Membaca bacaan-bacaan yang sama. Dengan bahasa
yang sama, betul? Tapi kita datang dari segala penjuru. Kita datang dari
sebelah lor, sebelah kidul sebelah wetan sebelah kulon, di sini di masjid ini
kita menghadap ke arah yang sama. Kita yang hadir di sini boleh jadi ada yang
dating dari sumatera, Kalimantan, Sulawesi, irian jaya, tapi kita
i-n-d-o-n-e-s-i-a. jelas? Jelas?
Saya
sering kasih contoh, bagaimana kalau kita solat pake bahasa
masing-masing, ramai masjid, bingung malaikat. Ini Indonesia ramai karena tiap
provinsi solat pakai bahasa masing-masing. Kalau riau bicara sendiri, ambon
bicara sendiri, aceh bicara sendiri, irian bicara sendiri, ramai mesjid. Jelas?
Jelas?
Dari barat pakai
bahasa Indonesia, Sebagian takbir, Tuhaaan, yang maha besar. Gagah sekali. Bingung
malaikat. Kembali kalau kita solat pakai bahasa masing-masing betapa ramainya
masjid. Itu adalah cermin bangsa yang tidak bisa menjaga persatuan dan
kesatuan.
Uni
soviet, almarhum, itu Negara adi daya, Negara adi kuasa, bersama-sama dengan amerika
menjadi polisi dunia, tapi kemudian
dihantam glasnost yang kebablasan. gorbacif terpental, soviet pecah jadi negara
kecil berkeping keeping. Mimpi
mengembalikan soviet seperti dulu. Begitulah apabila kita biarkan benih-benih
disintegrasi teruuuus berkembang. Tidak
ada lem perekat, makanya kita akan pecah berkeping-keeping dan kita akan jadi suatu bangsa yang kecil.
Oleh
karena itu yang pertama, jagalah kerukunan antar umat seagama. Berbeda
pendapat, boleh. Berpecah belah, jangan. Berbeda partai boleh, tapi berbeda
wawasan dalam bernegara, jangan. Jujur saja, saya kemaren ketika musim pemilu,
sudah sedikit agak pesimis. Batin saya menjerit; ya Allah, mengapa umat jadi
begini? Kenapa Umat jadi terkotak-kotak. Terlalu banyak partai islam waktu itu.
20 lebih. Begitu SU MPR berjalan, saya melihat, mulai melihat titik optimism.
Ada yang mengkristal, bagaimana orang tidak melihat partainya, tapi melihat
bagaimana nilai-nilai imannya, itulah yang memang utama bagi kita.
Ini
yang pertama, rukun antar umat seagama. Yang kedua rukun antar umat beragama.
Beberapa hari yang lalu ada kejadian yang mengenaskan di Jakarta Timur,
cipayung. Kejadian yang mengenaskan, peristiwa penyerbuan yayasan Dolos.
Hadirin
yang saya hormati,
Kita
tentu menyesalkan kejadian itu. Kita tidak bias menyetujui tindakan main hakim
sendiri. Kita berharap pemerintah hanya bisa menagkap pelakunya, tapi juga yang
tidak kalah pentingnya, mengusut akal permasalahannya. Kenapa itu terjadi? Kalau
Cuma pelakunya yang ditangkap, akar permasalahannya tidak selesai, akan
terulang kembali di lain hari.
Inilah
yang terpenting, menjaga kerukunan antar umat beragama. Saling menghormati,
saling menghargai. Jangan melakukan kamuflase, jangan melakukan
tindakan-tindakan yang peka, misalnya orang islam membangun mesjid di tengah
perkampungan orang Kristen. Padahal tidak ada Islamnya di situ. Itu bisa
menimbulkan kerawanan. Atau sebaliknya membangun gereja di tengah tengah perkampungan
orang islam, yang tidak ada kristennya
di situ. Atau sebailknya merknya kegiatan social, merknya kegiatan kemanusiaan
tapi isinya penyebaran agama kepada orang yang sudah beragama, itupun bisa
menimbulkan kerawanan. Makanya yang besar jangan mau menang sendiri, yang
kecil, harus tau diri. Jelas?. Mari saling menghormati, mari saling menghargai
dalam batas; lakum dinukum waliyadin. Menangkap pelakunya itu penting, mengusut
akar permasalahannya itupun tidak kurang pentingnya.
Hadirin
yang saya hormati,
Islam
agama toleran, baik dari prinsif
ajarannya, maupun sikap umatnya. Islam agama yang rohmatan lil alamin. Kita
punya kewajiban untuk membuktikan bahwa islam bukan merupakan ancaman. Islam
adalah alternative, islam adalah solusi. Islam adalah bukan ancaman. Yang hadir
di sini bukan perusuh. Bukan umat biang kerok. Islam agama yang cinta damai. Ini
umat yang tidak pernah mencari-cari musuh, tapi juga tidak akan pernah lari
kalau ketemu musuh.mari kita jaga kerukunan antar umat beragama. Jangan sampai peristiwa Dolos
sampai terulang lagi di tempat-tempat
lain. Saling menghargai, salig menghormati Jangan main hakim sendiri, tapi juga jangan mau menang sendiri.
Hadirin
yang saya hormati,
Dengan
menjaga kerukunan antar umat bragama akar keutuhan kita sebagai bangsa akan
terus terpelihara.
Lalu
yang ketiga rukun antar umat beragama dengan pemerintah.
Tadi kita pada
solat di sini ada imam, ada makmum, betul?. Kalau makmum siapa saja boleh, Mas.
Tidak ada pemilihan makmum. Fiqih itu ketat bila telah memilih imam. Siapa saja
boleh jadi makmum. Pencuri boleh jadi makmum, pemabuk boleh jadi makmum.
Bacaannya tidak faseh, boleh jadi makmum, ketinggalan satu rokaat boleh jadi
makmum, tapi tidak tiap orang boleh jadi imam. Kenapa, imam mau memimpin orang
banyak. Kalau dia bodoh bagaimana nasib makmumnya.
Ada
karikatur di Medan; pernah kejadian, anak disuruh jadi imam oleh ibunya. Nak
jadi imam dong. Ah takut nggak pandai solat, Mak!. Oh, si Ucok rupanya. Kata
ibunya, sudahlah kau ikut saja apa kata bapakmu tuh. Apa yang bapak mau
kerjakan, kau ikut sajalah. Baik lah mak. Kalau ikut saja bisa lah.
Jadilah ia solat,
di atas bamboo, nggak pakai sajadah. Karena kaki bapaknya terjepit, replek
bapaknya berkata: aduuuh!. Si Ucok ingat pesan Maknya, ikuti saja apa yang
dikerjakan Bapakmu. Si anak ini malah solat pakai irama, aduuuh, aduuuuh,
aduuuuh. La, bapaknya malah lebih gendeng lagi. Mendengar anaknya mengaduh ia
malah menoleh ke belakang. Kata bapaknya; kau kejepit juga, Cok? Solat jadi
ngobrol. Kalau makmum dan imam sama bodohnya, rusak solatnya.
Hadirin
yang saya hormati,
Rukun
antar umat beragama dengan pemerintah, pemerintah yang legitimate, yang
dihasilkan dari proses demokrasi. Benarnya kita dukung, salahnya kita berikan
saran-saran yang terbaik. Sekali lagi jangan tidur. Sudah lewat masanya dari
kemaren kita mengalami segala masa yang krusial. Sudah dating saatnya kita
bersama bahu-membahu menghadapi kesulitan besar yang sedang kita hadapi selama
ini. Apabila ini terjadi keutuhan sebagai bangsa akan lebih terpelihara. Ini
reformasi kedua, dalam konteks menjaga kebersamaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar