Rabu, 28 September 2011


MEMORI
Pada bulan Juli 2011, kami mahasiswa UNJ semester III, mendapat tugas membuat small research. Judul penelitian saya yang disetujui oleh dosen berjudul : Kohesi Leksikal Teks Pidato Alm. DR. KH. Zaenudin MZ.
Awalnya saya kesulitan mencari teks pidato beliau sebagai bahan analisis. Sudah saya telusuri di internet, tapi tidak juga saya temukan (mungkin karena keterbatasan saya dalam penguasaan IT). Akhirnya saya menemukan pidato Almarhum dalam bentuk rekaman (MP3). Supaya saya dapat menganalisis teks pidato Almarhum, maka saya menyimak rekaman MP3, lalu saya ubah dalam bentuk teks, yang saya dokumentasikan berikut ini.
Mengapa tulisan ini saya muat? Tidak lain karena kecintaan saya kepada Almarhum. Sejak SD (sekitar tahun 80-an), saya telah mengenal Beliau sebagai da’i. Saya masih ingat, ketika itu beliau sering berceramah di masjid kampong kami (Masjid Jami Al Ikhsan, Lebak Bulus). Sejak dulu, ceramah beliau memang sangat enak didengar, dan dinanti-nanti kehadirannya oleh jamaah. Karena letak kampong kami di Lebak Bulus tidak seberapa jauh dengan tempat tinggal Beliau di Gandaria, maka setiap masjid kami mengadakan acara, beliau selalu menyempatkan diri untuk hadir.
Alasan lain, karena mungkin ada pembaca yang kesulitan menemukan teks pidato Beliau, sama seperti yang waktu itu saya rasakan dalam mencari bahan, sehingg semoga tulisan ini bermanfaat untuk dijadikan salah satu sumber kajian.
Akhirnya, mari kita doakan, agar amal ibadah Beliau diterima oleh Allah SWT, dan sepak terjang beliau sebagai dai menjadi amal jariah, Amin.

Rekaman Ceramah Alm. DR.KH. Zaenudin MZ.

Judul: REFORMASI AQIDAH (Bagian 1)

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh. Alhamdulillahilizi zaalana romadona sahro siyami lil mu’minin. Wasolatu  wasalamu ala asropil mursalin sayyidina muhammadin waala alihi wasohbihi azmain, amma ba’du.

Para ulama yg saya muliakan, para pejabat baik sipil maupun militer yg saya hormati. Alhamdulillah  malam mini, atas izin alllah mudah-mudahan yang kita laksanakan ini merpakan bagian dari amal ibadah kita  di bulan suci Ramadan  ini.
Hadirin
Reformasi terbesar, adalah reformasi yang dilakukan oleh baginda, nabi besar Muhammad SAW. Dua puluh tiga tahun merombak satu bangsa biadab menjadi bangsa beradab, merombak umat yg terpecah belah  menjadi umat yg bersatu. Merombak masyarakat yg tenggelam dalam kemusyrikan  menjadi umat  yg bertauhid. Reformasi besar apa yg dilaksanakan  oleh rosul, dan apa hubungannya dengan kita sekarang. Ini yang ingin sy sampaikan malam ini.
Pertama, Beliau melaksanakan reformasi akidah. Membebaskan manusia dari kemusryikan. menyelamatkan manusia dari ketergantungan kepada benda. Tiga belas tahun beliau berjuang di kota makkah hanya untuk menanamkan lailahailallah muhammadarasulullah. Dari sana segalanya dimulai. Meletakan pondasi, saya yakin tdk ada tuhan selain Allah dgn seluruh konsekwensinya. Kalau saya yakin tiada tuhan selain Allah, maka saya tidak akan menyembah kecuali hnya kepada Allah. Orang yg benar fondasinya benar sujudnya, jelas! Kalau saya yakin tiada tuhan selain Allah…..sy tidak akan minta rezeki kecuali hanya kpd allah. Orang yg benar fondasinya, jauh dari korupsi, jauh dari judi. Kalau saya yakin tiada Tuhan selain Allah, saya tdk akan menggantungkan hidup kecuali hanya kepada Alllah. Saya tidak akan melarikan persoalan kecuali hanya kepada Allah. Saya  tidak akan pernah takut kecuali hanya  kepada allah, dan saya tidak minta tolong kecuali hanya kepada Allah. Kalau Saya yakin tidak ada Tuhan selain Alllah,saya tidak akan menggantungkan hidup kecuali hanya kepada Allah.
Inilah generator yang membangkitkan seluruh nilai-nilai amalan kita. Kita puasa, kita sujud, kita jihad itukan karena nilai iman, betul ? Imannya tidak kelihatan, yang kelihatan gejalanya. Mike ini berbunyi karena ada strum, percaya apa tidak. Kelihatan strumnya? Kok tahu ada strum  dari mana? Dari bunyi ada suaranya itu.  Ada strumnya itu, makanya bunyi. Lampu menyala kalau ada strum. Kipas angin berputar karena ada strum, betul? Jadi ..kalau ada strom, bunyi dong. Kalau ada strum lampunya nyala, dong! Kalau ada strum kipas anginnya muter, dong! Artinya apa? Kalau ada iman sujud, kalau ada iman, jihad, dong. Nah dang-dong-dang-dong.
Seluruh amaliah kita hanya refleksi dari nilai-nilai keimanan. Maka dimulai dengan fondasi, Kalau pondasi kuat apapun yang mau dibangun aman. Kalau pondasi rapuh, apa yang mau dibangun di atas fondasi yang rapuh. Karena itu dengan tablig akbar ini pesan pertama saya, mari  jaga nilai-nilai iman kita.
Kita masih bergelut dengan zaman susah. Judi kembali merebak, narkoba meracuni remaja dan pemuda-pemudi kita , padahal dua-duanya sumber segala macam kemaksiatan. Judi mendidik orang jadi malas, padahal sejarah mencatata tdk ada org kayak arena berjudi. Yang bangkrut, yang kere, yang melarat, banyak. Makanya saya bersyukur di sini nggak ada yang judi. Nggak ada, mana sya nggak nglihat  di sini, entahlah kalau di luar sini.
Judi itu penyakit, kalahnya bikin penasaran, menangnya  bikin ketagihan. Itulah penyakitnya .
Makanya lebih baik makan singkong betulan daripada makan roti mimpi. Ayo makan singkong betulan, makan roti mimpi, lebih baik mana? Lebih baik makan roti betulan, mas. Maksud saya uang ampat lima ribu rupiah itu daripada belikan togel, daripada dibelikan pakong, daripada dibelikan macam-macam undian judi, lebih baik dibelikan beras makan sama-sama.
Hadirin yang saya hormati.
Karena iman kita hidup, untuk iman kita berjuang, dalam iman kita ingin kembali menghadap allah subhanahu wataala. Dahulu pun orang-orang tua kita berjuang memerdekakan negeri tercinta ini. Apa factor penggerak utamanya? Iman. Imanlah yang mengajarkan orang-orang tua kita hubbul waton minal iman; cinta tanah air bagian daripada iman. Itulah, tanah air kita kan bukan Aljazair, tanah air kita bukan palestina, tanah air kita bukan mesir, tanah air kita Indonesia. Mencintai indonesia sebagian daripada iman, yang datang menjajah kebetulan kafir, lah ini. Bertemulah cinta tanah air, dengan semangat jihad yang diajarkan agama. Lalu bangkitlah para ulama, bangkitlah para kiayi bangkitlah para santri berjuang memerdekakan Negara tercinta ini.
Saya tanya lagi, orang-orang tua kita dahulu berjuang melawan penjajah senjatanya apa?
Bambu runcing. Jenderal mana mau taruhan  bamboo runcing merdeka melawan tank. Bambu runcing merdeka melawan meriam, bamboo runcing merdeka melawan tentara-tentara professional, yang terlatih dengan baik? Menurut logika tidak mungkin, menurut kebiasaan tidak bisa, menurut rasio imposible. And toh nyatanya kita meredeka. Lalu pendiri Indonesia dengan jujur mencantumkan dalam mukadimah undang-undang dasar Negara kita kalimat yang berbunyi: dengan berkat rahmat Allah yang maha kuasa. Ada tidak tuh dalam pembukaan undang-undang dasar? Ada apa tidak ? pokoknya biar belum pernah baca, adaa! Bilang aja udah, biar lancer urusan.
Saya  yakin kalimat  ini bukan lipstick, no decoration only. Kalimat ini pengakuan moral, pengakuan batin  pengakuan yang sangat jujur dari para pendiri Indonesia, bahwa Allah campur tangan dalam proses kemerdekaan. kalau tidak, nggak ada ceritanya bamboo runcing merdeka melawan tank. Kalau dulu iman untuk merebut kemerdekaan, sekarang, iman untuk mengisi kemerdekaan, betul?,betul?
Karena itu jaga nilai-nilai iman, jangan tidur. Kita sudah berhasil melaksanakan pemilu, SU MPR sudah digelar, pemerintahan baru sudah terbentuk, itu  kita pilih bersama,  kita dukung bersama.  Mendukung itu tidak harus selalu berkata ya, kulonuwon, sumuhun dawuh, kumaha juragan wae, oke bos. Mendukung tdk harus selalu  iya, mendukung juga  memberikan  saran.  Kritik, perbaikan. Dimana-mana di dunia ini, kekuasaan cenderung mau menang sendiri, kekuasaan cenderung untuk korup,  karena itu kalau kita cinta kepada pemerintah kita harus  mengawasi jalannya pemerintahan. Kita dukung pemerintah ini.
Pengalaman ketika orde baru berdiri kita percaya, kita serahkan penuh, lalu kita tidur, akhirnya kita jadi susah sendiri. Betul! Umat islam tidak boleh jatuh dua kali di tempat yang sama. Hari ini lewat sini, jatuh, wajar, belum tahu barang kali. Besok lewat sini  lagi,jatuh lagi, goblok tenan. Masa jatuh dua kali di tempat yang sama itu bagaimana?
Hadirin yang saya hormati.
Nilai-nilai iman…intan  paling mahal, tidak lain nilai iman. mutiara  paling berharga, begitulah nilai iman. Imanlah yg menyebabkan kita bergembira menyambut ramadhan, menyingsingkan lengan baju, menjatuhkan sejadah melakukan pendekatan yang inten kepada Allah. Kenapa? Kita mengerti nilai Ramadan.
Tempo hari saya berikan contoh, di tangan kanan saudara ada berlian harganya 50 juta, di tangan kiri saudara ada rumput seikat. Berlian dan rumput  ini taruh di depan kambing,  kira-kira mana yang  diambil kambing? Rumput. Dasar kambing! Kambing tidak ngerti nilai berlian. Padahal kalau kambing sedikit mau pakai otak, kalau berlian yang saya ambil, kata kambing lalu saya bawa ke pasar. Kemudian saya jual, harganya 30 juta lalu dibelikan rumput, dapat rumput sekabupaten. Tapi kambing tidak ngerti nilai berlian, yang kambing tau Cuma rumput. Kenapa? Hidup kambing Cuma melayani perut. Maka kata imam Ali Karomallahu wajhah: orang yang hidupnya hanya untuk melayani perut, seperti,…..(kambing:audien), saudara yang ngomong, ya, tanggung jawab, saya kan Cuma mulai, kenapa diterusin.
Hadirin yang saya hormati.
Jaga iman baik-baik, wariskan kepada anak-anak kita. Mereka harapan kita semua, mereka masa depan Indonesia, akan bagaimana republic mindonesia, bahkan akan bagaimana islam di republic Indonesia, 20/30/  40 tahun yang kan dating, anak-anak kitalah jawabannya. Mereka mau jadi apa, persilahkan. Asal iman merupakan landasan hidupnya. Anak-anak kita boleh jadi jenderal, asal jenderal beriman. Boleh jadi pejabat, pejabat beriman. Jadi pengusaha, pengusaha beriman. Kalau iman  landasannya, aman. Jadi pengusaha, pengusaha yang jujur. Pengusaha beriman Insya allah timbangannya tidak kurang. Ekonom lancar, masyarakat  tenang. Jadi petani, petani beriman, insya allah tidak menggarap tanah yang bukan miliknya, jadi pejabat, pejabat beriman, insyaallah korupsinya sedikit. Jenderal-jendral beriman, insya allah berjuangnya bersama ulama, bukan nangkepin ulama.  Teknokrat, teknokrat beriman. Jadi pengusaha, pengusaha beriman.  Jadi seniman, seniman beriman. Jadi maling,…..nggak ada, mana ada maling beriman. Kalau iman  landasannya, insya allah aman.
Ini yang pertama, yang kedua,
Baginda nabi melaksanakan reformasi social, berupa apa? Membebaskan manusia dari ras diskriminasi. Mengikat manusia dengan tali akidah. Diciptakan kita laki-laki dan perempuan dari tulang rusuk yang sama. Dijadikan kita bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, bahkan quran memulai dengan kalimat……. Su’uu.  Wajaalna lakum suuban  wataqobila kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan suku agar kamu mengenal satu dengan lain.
Saya ingin kembali mengulang himbauan saya: mari kita tingkatkan tri kerukunan. Ada tiga macam kerukunan. Ada tiga macam kerukunan: pertama rukun antar umat seagama,sesame muslim harus rukun, ya Pak? Bu.. bu.
Malam ini, saya tidak merasa sebagai tamu di sini. Saya hanya keluarga di tengah-tengah keluarganya. Di sepanjang jawakah saya, Ke sumatrakah saya, ke jalimantan saya, kesulawesi saya, ke Irian jaya saya, kemana saja saya pergi, di mana saja saya  berada, saya merasa keluarga di tengah keluarga. Sebagai muslim kita terikat akidah, sebagai bangsa  kita berkomitmen; satu nusa, satu bangsa, satu bahasa. Inilah kita.
Hadirin yang saya hormati.
Rukun  antar umat seagama.
Hura-hura pemilu sudah lewat, ekses-eksesnya harus kita hilangkan. Boleh jadi kemaren karena berbeda kaus, antara temen nggak pernah teguran. Yang sudah, sudah. Yang penting sekarang kedepan. Sudah cape kita  rakyat diobok-obok, sudah dating saatnya kita meluruskan shof merapatkan barisan, menggalang semangat kebersamaan. Rukun antar umat seagama. Begitulah malam ini, saya hadir di tengah keluarga sendiri. Yang mengikat kita apa, akidah.
Di masjid kita dipertemukan. Inilah symbol kehidupan umat. Tadi kita solat isya dan taraweh di sini, menghadap ke arah yang sama. Menyembah Allah tuhan yang sama. Melakukan gerak yang sama. Membaca bacaan-bacaan yang sama. Dengan bahasa yang sama, betul? Tapi kita datang dari segala penjuru. Kita datang dari sebelah lor, sebelah kidul sebelah wetan sebelah kulon, di sini di masjid ini kita menghadap ke arah yang sama. Kita yang hadir di sini boleh jadi ada yang dating dari sumatera, Kalimantan, Sulawesi, irian jaya, tapi kita i-n-d-o-n-e-s-i-a. jelas? Jelas?
Saya  sering kasih  contoh, bagaimana kalau kita solat pake bahasa masing-masing, ramai masjid, bingung malaikat. Ini Indonesia ramai karena tiap provinsi solat pakai bahasa masing-masing. Kalau riau bicara sendiri, ambon bicara sendiri, aceh bicara sendiri, irian bicara sendiri, ramai mesjid. Jelas? Jelas?
Dari barat pakai bahasa Indonesia, Sebagian takbir, Tuhaaan, yang maha besar. Gagah sekali. Bingung malaikat. Kembali kalau kita solat pakai bahasa masing-masing betapa ramainya masjid. Itu adalah cermin bangsa yang tidak bisa menjaga persatuan dan kesatuan.
Uni soviet, almarhum, itu Negara adi daya, Negara adi kuasa, bersama-sama dengan amerika menjadi polisi dunia,  tapi kemudian dihantam glasnost yang kebablasan. gorbacif terpental, soviet pecah jadi negara kecil  berkeping keeping. Mimpi mengembalikan soviet seperti dulu. Begitulah apabila kita biarkan benih-benih disintegrasi  teruuuus berkembang. Tidak ada lem perekat, makanya kita akan pecah berkeping-keeping  dan kita akan jadi suatu bangsa yang kecil.
Oleh karena itu yang pertama, jagalah kerukunan antar umat seagama. Berbeda pendapat, boleh. Berpecah belah, jangan. Berbeda partai boleh, tapi berbeda wawasan dalam bernegara, jangan. Jujur saja, saya kemaren ketika musim pemilu, sudah sedikit agak pesimis. Batin saya menjerit; ya Allah, mengapa umat jadi begini? Kenapa Umat jadi terkotak-kotak. Terlalu banyak partai islam waktu itu. 20 lebih. Begitu SU MPR berjalan, saya melihat, mulai melihat titik optimism. Ada yang mengkristal, bagaimana orang tidak melihat partainya, tapi melihat bagaimana nilai-nilai imannya, itulah yang memang utama bagi kita.
Ini yang pertama, rukun antar umat seagama. Yang kedua rukun antar umat beragama. Beberapa hari yang lalu ada kejadian yang mengenaskan di Jakarta Timur, cipayung. Kejadian yang mengenaskan, peristiwa penyerbuan yayasan Dolos.
Hadirin yang saya hormati,
Kita tentu menyesalkan kejadian itu. Kita tidak bias menyetujui tindakan main hakim sendiri. Kita berharap pemerintah hanya bisa menagkap pelakunya, tapi juga yang tidak kalah pentingnya, mengusut akal permasalahannya. Kenapa itu terjadi? Kalau Cuma pelakunya yang ditangkap, akar permasalahannya tidak selesai, akan terulang kembali di lain hari.
Inilah yang terpenting, menjaga kerukunan antar umat beragama. Saling menghormati, saling menghargai. Jangan melakukan kamuflase, jangan melakukan tindakan-tindakan yang peka, misalnya orang islam membangun mesjid di tengah perkampungan orang Kristen. Padahal tidak ada Islamnya di situ. Itu bisa menimbulkan kerawanan. Atau sebaliknya membangun gereja di tengah tengah perkampungan orang islam, yang  tidak ada kristennya di situ. Atau sebailknya merknya kegiatan social, merknya kegiatan kemanusiaan tapi isinya penyebaran agama kepada orang yang sudah beragama, itupun bisa menimbulkan kerawanan. Makanya yang besar jangan mau menang sendiri, yang kecil, harus tau diri. Jelas?. Mari saling menghormati, mari saling menghargai dalam batas; lakum dinukum waliyadin. Menangkap pelakunya itu penting, mengusut akar permasalahannya itupun tidak kurang pentingnya.
Hadirin yang saya hormati,
Islam agama  toleran, baik dari prinsif ajarannya, maupun sikap umatnya. Islam agama yang rohmatan lil alamin. Kita punya kewajiban untuk membuktikan bahwa islam bukan merupakan ancaman. Islam adalah alternative, islam adalah solusi. Islam adalah bukan ancaman. Yang hadir di sini bukan perusuh. Bukan umat biang kerok. Islam agama yang cinta damai. Ini umat yang tidak pernah mencari-cari musuh, tapi juga tidak akan pernah lari kalau ketemu musuh.mari kita jaga kerukunan antar umat  beragama. Jangan sampai peristiwa Dolos sampai  terulang lagi di tempat-tempat lain. Saling menghargai, salig menghormati Jangan main hakim  sendiri, tapi juga jangan mau menang sendiri.
Hadirin yang saya hormati,
Dengan menjaga kerukunan antar umat bragama akar keutuhan kita sebagai bangsa akan terus terpelihara.
Lalu yang ketiga rukun antar umat beragama dengan pemerintah.
Tadi kita pada solat di sini ada imam, ada makmum, betul?. Kalau makmum siapa saja boleh, Mas. Tidak ada pemilihan makmum. Fiqih itu ketat bila telah memilih imam. Siapa saja boleh jadi makmum. Pencuri boleh jadi makmum, pemabuk boleh jadi makmum. Bacaannya tidak faseh, boleh jadi makmum, ketinggalan satu rokaat boleh jadi makmum, tapi tidak tiap orang boleh jadi imam. Kenapa, imam mau memimpin orang banyak. Kalau dia bodoh bagaimana nasib makmumnya.
Ada karikatur di Medan; pernah kejadian, anak disuruh jadi imam oleh ibunya. Nak jadi imam dong. Ah takut nggak pandai solat, Mak!. Oh, si Ucok rupanya. Kata ibunya, sudahlah kau ikut saja apa kata bapakmu tuh. Apa yang bapak mau kerjakan, kau ikut sajalah. Baik lah mak. Kalau ikut saja bisa lah.
Jadilah ia solat, di atas bamboo, nggak pakai sajadah. Karena kaki bapaknya terjepit, replek bapaknya berkata: aduuuh!. Si Ucok ingat pesan Maknya, ikuti saja apa yang dikerjakan Bapakmu. Si anak ini malah solat pakai irama, aduuuh, aduuuuh, aduuuuh. La, bapaknya malah lebih gendeng lagi. Mendengar anaknya mengaduh ia malah menoleh ke belakang. Kata bapaknya; kau kejepit juga, Cok? Solat jadi ngobrol. Kalau makmum dan imam sama bodohnya, rusak solatnya.
Hadirin yang saya hormati,
Rukun antar umat beragama dengan pemerintah, pemerintah yang legitimate, yang dihasilkan dari proses demokrasi. Benarnya kita dukung, salahnya kita berikan saran-saran yang terbaik. Sekali lagi jangan tidur. Sudah lewat masanya dari kemaren kita mengalami segala masa yang krusial. Sudah dating saatnya kita bersama bahu-membahu menghadapi kesulitan besar yang sedang kita hadapi selama ini. Apabila ini terjadi keutuhan sebagai bangsa akan lebih terpelihara. Ini reformasi kedua, dalam konteks menjaga kebersamaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar